Ahad 14 May 2017 17:16 WIB

Tiga Kabupaten Berharap Flight Malam Dibuka di Bandara Malang

Pesawat komersil bersiap untuk mendarat di Bandara Abdulrachman Saleh, Malang, Senin (19/3).
Foto: republika/prayogi
Pesawat komersil bersiap untuk mendarat di Bandara Abdulrachman Saleh, Malang, Senin (19/3).

REPUBLIKA.CO.ID, KABUPATEN MALANG – Setelah branding ‘Heart of East Java’ diluncurkan oleh Menpar Arief Yahya di Kota Kasablanka Jakarta lalu, Kabupaten Malang makin agresif mengembangkan pariwisata. Kini mereka  menunggu signal dari Otoritas Bandara Abdulrachman Saleh, dibukanya slot jam terbang (flight) malam untuk penerbangan komersial.

Begitu flight malam sudah ada lampu hijau dari TNI AU, maka kunjungan wisatawan untuk tiga wilayah di Malang Raya (Kota Malang, Kabupaten Malang, Kota Batu) dipastikan akan  meningkat. Harapan tiga kabupaten dan kota itu menjadi indikator, bahwa pariwisata semakin menjadi "kebutuhan" bagi Jatim.

Tak terkecuali Kabupaten Malang yang begitu semangat menggairahkan wisata alamnya yang tersebar dari ujung timur hingga barat wilayahnya. Wajar bila flight malam itu akan makin menggairahkan wisata di Kabupaten Malang. Pasalnya, salah satu modal untuk amenitas adalah kemudahan akses.  

"Khususnya untuk wisatawan-wisatawan Asia. Baik dari Cina, maupun Jepang, banyak yang memilih flight malam," Kata Kepala Disparbud Kabupaten Malang Made Arya Wedhantara.

Dari pengamatannya, selama ini mayoritas wisatawan Asia yang hendak ke Malang harus singgah dulu di Bandara Ngurah Rai, Bali. Setelah itu, baru terbang ke Malang. ”Kalau ada flight malam, para wisman itu bisa langsung menuju Malang. Pada umumnya tujuan mereka ke Bromo,” lanjut  Made.

Bila penerbangan langsung ke Malang, lanjut Made, biayanya pun bisa lebih murah. Hal itulah yang menambah keyakinannya bahwa flight malam di Bandara Abd Saleh bakal diminati.

Saat disinggung terkait perkiraan peningkatan kunjungan wisman, dengan yakin, Made menyebut bahwa kenaikannya bisa menyentuh angka 100 persen. Untuk diketahui, pada 2016, tercatat ada 129.663 wisman yang berkunjung ke Kabupaten Malang. ”Dari total itu, 60 persennya memang wisatawan dari Asia,” tambahnya.

Jumlah wisman yang masuk tersebut lebih banyak dibandingkan dua tahun sebelumnya. Pada 2014, tercatat hanya ada 36.559 wisman. Kemudian, jumlahnya meningkat di tahun 2015 yang mencatatkan kunjungan 99.873 wisman. Supaya angkanya terus meningkat, flight malam seakan menjadi syarat mutlak.

Apalagi saat ini Pemkab Malang dilibatkan Kementerian Pariwisata (Kemenpar) RI untuk mengembangkan kawasan Bromo, Tengger, Semeru (BTS). Bersama tiga daerah lainnya, Kabupaten Lumajang, Kabupaten Probolinggo, dan Kabupaten Pasuruan, ada anggaran Rp 20 triliun yang sudah disiapkan pemerintah pusat.

Bahkan, Pemkab Malang tak hanya ditugaskan untuk ikut mengembangkan kawasan, tapi juga ditarget bisa mendatangkan wisman sebanyak-banyaknya. ”Kami ditarget harus bisa mendatangkan satu juta wisman,” tambah Wakil Bupati Malang H M. Sanusi.

Nah, pemenuhan target itu bisa dipenuhi bila flight malam dibuka. Menanggapi itu, Sanusi tetap yakin bahwa target tersebut bisa terpenuhi. Selain itu, dari pendalaman yang dia lakukan, beberapa pihak pun sudah menyatakan dukungannya.

Itu seperti yang sempat disampaikan pihak maskapai Sriwijaya Air, yang diwakili District Manager Sriwijaya Air Malang Muhammad Yusri Hansyah menyatakan siap untuk open flight. "Wacana itu sudah disampaikan pada kami sejak lama. Kalau bisa, segera direalisasikan. Tentu kami malah senang," terangnya.

Hal senada juga sempat disampaikan Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Bandara Abd Saleh, Suharno,  serta Danlanud Abd Saleh Marsma TNI Julexi Tambayong.

Tak hanya itu, Samsul Muarif, ketua Malang Tour and Travel Community, juga menyimpan optimisme serupa. Dengan adanya penambahan flight malam, pasti akan sangat berpengaruh terhadap kunjungan di Malang Raya.

"Adanya tambahan penerbangan atau rute baru itu sangat bagus," kata dia. Sebab, saat ini permintaan penerbangan di Malang cukup banyak. Bali salah satunya, hanya ada flight siang dan sore.

"Jadi, bila sampai Bali, kami sudah tidak bisa apa-apa, hanya tinggal istirahat. Oleh karena itu, banyak yang ke Surabaya untuk mencari penerbangan pagi sehingga sampai Bali bisa wisata," tutup dia.

Sama halnya dengan kunjungan ke Malang. "Kalau sudah siang hari, pukul 14.00 misalnya, mau cari penerbangan langsung ke Malang dari Jakarta sudah tidak ada. Adanya turun Surabaya," kata dia.

Dengan kondisi tersebut, selama ini, Samsul menyatakan, Malang seakan jadi tujuan transit saja. Misalnya, wisatawan asing yang dari Jogjakarta mau ke Bali, biasanya mereka tripnya ke Malang dulu, baru ke Bromo, dan lanjut ke Bali, begitu juga sebaliknya.

Nah, akan beda cerita jika nanti Bandara Abd Saleh menjadi bandara internasional. Sebab, dengan begitu, Malang bisa menjadi jujukan. "Contohnya, Bandung. Setelah buka penerbangan internasional dari Malaysia, Bandung menjadi jujukan wisatawan asing," katanya.

"Begitu juga dengan Lombok. Setelah jadi bandara internasional, ada penerbangan dari Malaysia dan Singapura, kunjungan wisatawan asing juga meningkat," ujar Samsul.

Namun, sarannya, jika menjadi bandara internasional, maka pemda harus siap. Termasuk soal transportasi, agen tour, dan masyarakatnya. Selain itu, juga harus punya ikon yang dituju oleh wisatawan asing. "Seperti di Bandung itu wisata belanja, maka di Malang ini apa?" tanya pria yang membawahi 72 agent tour and travel itu. Dia menyampaikan, Malang Raya bisa saja menjual semua potensinya.

Kabupaten Malang dengan keindahan alamnya, Kota Malang dengan wisata belanja dan kuliner, serta Batu dengan wisata buatannya. ”Kabupaten Malang bisa mengeksplor pantai di Malang Selatan, budaya, sampai kawasan di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS),” kata Samsul.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement