REPUBLIKA.CO.ID, GUNUNGKIDUL – Perempuan berusia 95 tahun yang dikenal dengan nama Mbah Ponco Sutiyem mulai tenar sejak dinobatkan sebagai nominasi aktris terbaik dalam ajang ASEAN International Film Festival and Awards (AIFFA) 2017 pekan lalu. Meski sudah kian populer, nenek asal Kabupaten Gunungkidul DIY ini masih tetap setia dengan kegiatan hariannya, yakni berkebun.
Bahkan dari pagi hingga sore, ia lebih banyak menghabiskan waktu mengurusi tanaman jagung dan ubi yang mengelilingi rumah bergaya limasan miliknya di Dusun Sumbersari Desa Kampung Kecamatan Ngawen. Selain berkebun, nenek tujuh anak ini masih bisa melakukan aktivitas sehari-hari dengan mandiri.
“Masak dan nyuci juga masih bisa sendiri,” kata Mbah Ponco saat ditemui di kediamannya, Kamis (11/5).
Saat ini ia hanya tinggal berdua dengan suaminya, Mbah Ponco Sentono yang usianya juga tidak kalah sepuh, yaitu 102 tahun. Meski sudah bongkok keduanya masih sangat sehat. Bahkan pendengaran dan penglihatan mereka masih berfungsi dengan baik.
Sebagai warga desa, Mbah Ponco Sutiyem mengaku senang mendapatkan pengalaman bermain film. Menurutnya memerankan sosok utama dalam film Ziarah bukanlah sesuatu yang begitu sulit. Sebab ia pernah mengalami masa penjajahan Belanda dan Jepang, sehingga dapat menjiwai peran Mbah Sri dengan mudah.
Mbah Ponco Sutiyem sendiri sangat bersemangat saat menjalani proses pengambilan gambar. Bahkan ia dapat berakting tanpa kendala dengan mengikuti arahan kru film. Namun demikian, Mbah Ponco Sutiyem mengaku tidak mau lagi menerima tawaran bermain film.
“Tidak mau lagi main film. Capek,” ujarnya.
Setidaknya ada tiga tempat pengambilan gambar film Ziarah. Antara lain di Dusun Pagerjurang Kelurahan Kampung Kecamatan Ngawen Gunungkidul, Makam Pahlawan Klaten, dan Rawa Jombor Klaten.
Cucu dari anak ketiga Mbah Ponco, Resdiyanto (39) mengaku bangga dan terharu dengan keberhasilan film Ziarah. Ia sendiri awalnya tidak menyangka jika sang nenek bisa mendapat nominasi bergengsi di ajang perfilman ASEAN.