Kamis 11 May 2017 15:51 WIB

'Wisata Haji Umrah' di Semarang Serasa Berada di Makkah-Madinah

Replika arsitektur payung peneduh khas Masjid Nabawi kini sudah bisa dinikmati di Masjid Agung Jawa Tengah, Semarang. (ilustrasi)
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Replika arsitektur payung peneduh khas Masjid Nabawi kini sudah bisa dinikmati di Masjid Agung Jawa Tengah, Semarang. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Diam-diam kota Semarang memendam obyek wisata religi. Setelah heboh obyek wisata "Masjid Kapal Nabih Nuh", kini muncul lagi destinasi yang tak kalah menariknya. Yaitu obyek wisata religi "Replika Masjid Nabawi dan Masjidil Haram." Banyak orang takjub. Karena datang ke sini serasa haji dan umroh di tanah suci.

Kota "Makkah dan Madinah" ini berada di sekitar 15 Km pinggiran kota. Tepatnya di Jln Muntal Kelurahan Mangunsari Kecamatan Gunungpati Kota Semarang Jawa Tengah. Lokasi seluas 3 hektar ini sebenarnya dibangun dengan maksud untuk manasik haji dan umroh umat Islam.

Namun karena bentuk dan ukuranya yang besar dan mirip dengan aslinya di Arab Saudi, masyarakat juga menjadikanya sebagai sasaran kunjungan wisata religi.

Kompleks manasik haji-umroh eksekutif ini mulai aktif 2014. Diberi nama Firdaus Fatimah Zahra, karena dibangun oleh PT. Fatimah Zahra, sebuah biro perjalanan haji dan umroh di kota Semarang. Semula berdiri hanya untuk manasik haji umroh Fatimah Zahra. Namun sekarang sudah dipakai juga untuk manasik haji dan umroh biro yang lain. Bahkan masyarakat umum sudah menjadikanya sebagai obyek wisata religi. Jika hari libur ribuan orang datang dari berbagai kota untuk menyaksikan Kota Makkah dan Madinah KW ini.

"Dulunya hanya untuk manasik haji umroh jamaah Fatimah Zahra. Sekarang biro umroh lain banyak yang manasik di sini. Bahkan masyarakat umum makin banyak yang datang untuk berwisata," kata Edi S, petugas Fatimah Zahra.

Hampir setiap pengunjung datang baik dari jamaah umroh maupun masyarakat umum. Jika hari libur sampai ribuan orang. Mereka berombongan menggunakan bus dari Demak, Solo, Jepara, Pekalongan, Jogja dan lainya "Kalau dulu wisata Wali Songo hanya di makam makam wali, sekarang ditambah dengan tujuan wisata haji dan umroh ke sini," tambahnya.

Memasuki kompleks ini benar benar serasa di Arab Saudi. Dari depan berdiri megah gapura Firdaus Fatimah Zahra. Setiap pengunjung dikondisikan seolah olah datang untuk haji dan umroh beneran. Setelah parkir mobil/bus, lalu turun kendaraan di "Bandara King Abdul Aziz". Kemudian masuk "pintu imigrasi" dengan menyerahkan tiket masuk yang berfungsi sebagai paspor.

Setelah lolos masuk bandara lalu transit dengan duduk di kursi bandara menunggu jemputan. Ruang bandara buatan itu juga mirip dengan aslinya. Dari situ pengunjung dipandu menuju pintu masuk Masjidil Haram. Di dalamnya melihat bangunan replika ka'bah yang besarnya separo dari aslinya. Suasananya mirip.

Lengkap dengan pintu ka'bah, hajar aswad, rukun yamani, hijir ismail, maqom ibrahim dll. Pengunjung latihan towaf serasa di Masjidil Haram. Disebelahnya juga dibangun tempat sa'i (lari lari kecil) dari bukit Sofa dan Marwa yang panjangnya 50 meteran.

Pengelola juga membangun replika masjid Nabawi. Masuk ke dalamnya sudah serasara ziarah ke makam nabi. Bentuk dan warna catnyapun sama. "Tapi semua ini hanya replika. Pengunjung jangan sampai salah paham,"kata Ustad Sudirjo, pendamping manasik jamaah haji-umroh dari Sekolah Haji Umroh  Baitulloh (SHU) Salatiga.

Dia sendiri merasa cocok manasik di tempat ini karena fasilitasnya mirip dan lengkap. Replikanya persis dengan ukuran yang hampir sama dengan tempat tempat suci aslinya. Ada replika tempat suci Padang Arafah, replika Mina, Muzdalifah (tempat jemaah mabit/bermalam), Jabal Rahmah, dan Jamarat (tempat lempar jumroh). Kompleks dengan nilai investasi puluhan miliar itu juga dilengkapi musium perjuangan Islam dan ruang pertemuan.

Informasinya juga akan dilengkapi bangkai pesawat untuk pengenalan penumpang. Mulai cara duduk, menggunakan sabuk pengaman dll. Juga dibangun toko oleh oleh produk Arab, mulai kurma, kacang Arab, manisan, baju haji & umroh lengkap.

Untuk saat ini tiket masuk Rp 40 ribu per orang. Untuk kunjungan jumlah besar harus koordinasi pengelola terlebih dulu.

"Harapannya, selain untuk manasik kompleks ini bisa menjadi salah satu pilihan tempat wisata religi di Jawa Tengah,"kata Mohammad Iqbal, Direktur PT Fatimah Zahra saat awal pembangunanya. Menpar Arief Yahya mengapresiasi ide membuat alat peraga yang biaa menjadi destinasi wisata itu. Menjelang Ramadan ini, banyak orang berwisata religi, seperti paket walisongo, yang sejak dulu sudah sangat populer.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement