Ahad 07 May 2017 16:51 WIB

Dermatology Eropa Terhibur dengan Cultural Night di Prambanan

Candi Prambanan
Foto: Antara/Hendra Nurdiyansyah
Candi Prambanan

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Cultural Night digelar di sela Conference on Tropical And Clinical Dermatology 2017 di The Alana Hotel and Convention Center, Sleman, Yogyakarta, sukses besar. Sebanyak 100 dermatology Jerman, Belanda, Austria, Swiss, Kamboja dan Singapura, dibuat terpana dengan penampilan Ramayana Ballet di Candi Prambanan, Jumat (5/3) malam.

Imbasnya, mereka memutuskan untuk tinggal dua minggu agar bisa mengeksplor culture dan nature Indonesia. "Ini sangat luar biasa. Culture dan nature seperti Indonesia inilah yang disuka kolega-kolega saya di Jerman, Belanda, Austria dan Swiss. Saya bisa pastikan seluruh delegasi Eropa akan stay dua minggu di Indonesia,” terang Thomas Ruzicka, spesialis Medical Doctor dari Universitas di Düsseldorf, Sabtu (6/3).

Pria kelahiran 12 Januari 1952 di Prague, Republik Ceko itu mengaku sangat takjub menyaksikan Ramayana Ballet. Apalagi, pertunjukannya dilakukan di pelataran Candi Prambanan, yang notabene merupakan Candi Hindu terbesar di dunia. Show budaya dengan latar belakang candi setinggi 47 meter itu menjadi ajang swafoto seluruh dermatology yang hadir. 

“Kami benar-benar dimanjakan dengan pertunjukan Ramayana Ballet yang dipadukan dengan pemandangan latar indah berupa batu Candi Prambanan. Ini mahakarya budaya Hindu yang luar biasa. Tahun depan saya akan ikut Internetional Conference di Yogya lagi,” ungkapnya.

Rosemarie Moser pun berpendapat sama. Selain mengeksplor budaya, konsultan di Dermatovenerology dalam praktik medis pribadinya di Eisenstadtkelahir itu mengaku ingin merasakan berwisata ke Raja Ampat. “Setelah ini saya ke Raja Ampat. Saya ingin melihat langsung snorkling site terbaik dunia 2015,” ucap wanita kelahiran 15 Agustus 1965 itu.

Statemen ketakjuban juga ikut disuarakan Isaak Effendy. Pria berdarah Indonesia yang sudah 30 tahun tinggal di Jerman itu malahan mengaku siap membantu Kementerian Pariwisata dalam mendatangkan lebih banyak lagi dermatology Eropa ke Indonesia. “Budaya dengan story telling seperti ini yang disuka masyarakat Eropa. Ini sangat menarik, karena sangat jarang sekali dijumpai di negara-negara lainnya. Tahun depan, saya akan bawa lebih banyak lagi dermatology Eropa ke Indonesia,” ungkapnya.

Soal ini, Kepala dan Konsultan Dermatologi di Departemen Dermatologi di Rumah Sakit Kota Bielefeld itu mengaku sangat percaya diri. Dalihnya simpel yakni sebelum acara digelar, hanya Jerman dan Belanda yang siap mengirimkan perwakilannya ke Yogyakarta. Ternyata setelah mendengar nama Yogyakarta, Austria, Swiss, Kamboja dan Singapura ikutan mengirimkan delegasinya.  “Tahun depan Austria datang lengkap dengan komunitas dermatologynya. Semua antusias karena sekarang mereka tidak diribetkan lagi dengan urusan visa. Kebijakan bebas visa kunjungan yang dicetuskan Kementerian Pariwisata itu sangat membantu mobilitas kami-kami ini yang ada di Eropa,” ungkapnya.

Beragam Ketakjuban tadi membuat Deputi Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Kemenpar, Esthy Reko Asturi, ikut sumringah. Dia langsung memberikan apresiasi tinggi pada Bidang Promosi Wisata Pertemuan dan Konvensi yang telah bersusah payah menyiapkan suguhan cultural night kelas dunia di Candi Prambanan.  “Terima kasih atas pujian-pujiannya. Ini kerja keras seluruh tim Pemasaran Nusantara, terutama Bidang Promosi Wisata Pertemuan dan Konvensi. Mudah-mudahan ini bisa menyebar ke Eropa,” harap Esthy.

Perpaduan eksotisme Candi Prambanan ini dengan Ramayana Ballet itu juga ikut dikomentari Menteri Pariwisata Arief Yahya. Menonton Ramayana Ballet dengan ditemani desiran angin dan tata cahaya lampu yang menyorot ke

candi Hindu terbesar di dunia, Prambanan, menurutnya, bisa menjadi jembatan diplomasi budaya dalam memperkuat branding nasional.  "Ini menjadi ajang promosi branding Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia, ikon pariwisata Tanah Air. Dermatology Eropa itu bisa menjadi endorser,” ucap Arief.

Dia meyakini kedatangan dermatology Eropa ke Indonesia itu akan berdampak positif. Kunjungan wisatawan Eropa bisa meningkat tajam. "Tidak hanya meningkat, kita punya kesempatan besar mengalahkan negara-negara tetangga kita kalau kita bisa menyenangkan mereka. Ini akan menjadi promosi dari mulut ke mulut yang baik ketika mereka kembali ke negaranya," ujarnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement