REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Sleman terus bergerak melaju menyongsong peningkatan wisatawan. Salah satunya dengan menyiapkan homestay di Desa Wisata yang dilengkapi dengan fasilitas yang tidak kalah dengan hotel.
"Dari 31 desa wisata di Sleman, sepuluh desa sudah menyediakan fasilitas homestay," kata Bupati Sleman Sri Purnomo dalam workshop sosialisasi Kebijakan Kemenpar bagi Jurnalis Greater Joglosemar --Yogyakarta, Solo, Semarang, Kamis (4/5).
Bupati Sri Purnomo berkeyakinan, homestay dan Desa Wisata menjadi semakin strategis di Sleman. Ini setelah Presiden Joko Widodo dan Menpar Arief Yahya serius mengembangkan sektor ini sebagai core economy bangsa. Juga menangkap peluang Joglosemar dengan ikon Borobudur dijadikan destinasi prioritas atau satu dari 10 Bali Baru.
Langkah teknisnya pun, semakin terasa di lapangan. Lapangan terbang New Jogja International Airport di Kulonprogo sudah ground breaking awal tahun ini. "Kami sudah antisipasi! Kebetulan Perdagangan, Jasa dan Pariwisata menjadi prioritas Sleman. Dan sudah ada moratorium hotel di Sleman," kata Bupati Sri Purnomo.
Sri Purnomo lantas melanjutkan paparannya soal homestay. Dikatakan, ada 300 unit homestay yang sudah siap menerima tamu dengan harga yang relatif murah. Disebutkan kesepakatan harga menginap di homestay di kisaran Rp 80-110 ribu sehari semalam dengan fasilitas makan 3 kali.
"Mungkin harga ini harus ditinjau kembali. Jangan terlalu murah," pesan Bupati kepada Kepala Dinas Pariwisata yang juga hadir pada acara ini.
Kebijakan pengembangan homestay ini, kata Sri Purnomo, sejalan dengan moratorium pembangunan hotel yang telah dilakukan beberapa tahun lalu. Dikatakan pula pengembangan Kabupaten Sleman saat ini diarahkan sebagai pusat pendidikan, pusat kebudayaan, penghasil pangan, daerah tujuan wisata, pengembangan industri kecil, agroindustri dan industri jasa.
Dengan potensi daya tarik alam dan lahan subur, Sleman juga mengembangkan desa wisata di bidang pertanian. Salah satu prinsip pengembangan wisata di Sleman, menurut Sri Purnomo, mengedepankan partisipasi masyarakat dan kearifan lokal.
Sedangkan kriteria desa wisata yang dikembangkan haruslah memiliki atraksi wisata mencakup alam budaya, daya dukung desa seperti keaslian, keunikan dan keindahan. "Menginap di homestay, para tamu bisa menikmati kehangatan keluarga khas Sleman. Bisa ikut membajak sawah, melihat panen padi. Karena anak-anak orang kota meski makan nasi banyak yang tidak tahu tanaman padi seperti apa?" kata Sri Purnomo.
Maka, homestay di Desa Wisata diarahkan pada segmen pelajar dan mahasiswa, perusahaan, wisatawan asing dan keluarga. Untuk semua ini, Bupati mengatakan butuh bantuan media. Sebelumnya Staf Khusus Menpar M Noer Sadono atau biasa dipanggil Don Kardono itu menyampaikan soal Pentahelix yang terlibat dalam pariwisata. Kelima unsur Pentahelix itu adalah Akademisi, Bisnis, Community, Government dan Media disingkat ABCGM.