Rabu 03 May 2017 16:00 WIB

CEO Note Arief Yahya tentang 'Award'

Arief Yahya
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Arief Yahya

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Arief Yahya, Menteri Pariwisata Indonesia

Kita seringkali menyaksikan berbagai award yang diberikan kepada para pemenang kompetisi, atau diberikan sebagai penghargaan atas prestasi yang telah diraih oleh seseorang sebagai individu, tim, unit, perusahaan, maupun negara. Jenis award ini sangat banyak dan beragam, mulai dari level internasional sampai level terendah.

Pada level internasional, award yang paling bergengsi antara lain Nobel Prize (untuk pengetahuan yang diperluas, termasuk perdamaian), Oscar/Academy Award (film), Grammy Award (musik), Aga Khan (arsitektur), Pulitzer (jurnalistik), Emmy Award (televisi) dan lain-lain. Adapun award lebih spesifik yang terkait dengan pariwisata antara lain TTCI, UNWTO Award, ASEANTA Award, World Halal Tourism Award, dan lain-lain.

Mengapa award menjadi penting? Award begitu penting bagi kita karena tiga alasan yang saya singkat 3C yakni: Confidence, Credibility, dan Calibration.

Confidence. Award akan menaikkan tingkat kepercayaan (confidence level) kita. Penghargaan pada dasarnya adalah sebuah legitimasi atau pengakuan. Bila kita mendapatkan penghargaan, maka self confidence kita akan naik. Banyak sekali orang yang menyatakan bahwa penghargaan ini meningkatkan self confidence. Dua orang yang saya kutip pendapatnya di sini adalah Jack Welch dan Tanri Abeng.

Credibility. Jika dikomunikasikan dengan baik, award yang kita peroleh dapat menjadi cara marketing yang paling efektif untuk image. Kita tidak perlu bersusah payah menyampaikan keunggulan yang kita miliki. Orang lainlah yang menyatakannya. Nigel Botterill – pemenang BT Entrepreneur Award – menyatakan “It provides instant credibility! People will remember long after the award is presented.”

Calibration. Sebuah penghargaan juga bermanfaat untuk menera apakah yang kita lakukan sudah benar sekaligus mengetahui posisi kita dibandingkan dengan yang lain. Menera berarti melakukan pengukuran apakah yang kita lakukan sudah ada dalam track yang benar atau tidak. Dan pengukuran ini menjadi penting, karena bila tak bisa mengukur, maka kita tidak bisa mengelola.

Dalam hal melakukan penilaian, saya sering membuat kategori orang sebagai berikut:

Kelompok A, orang yang berhasil dan tahu mengapa dia berhasil. Kelompok B, orang yang gagal tetapi tahu mengapa dia gagal. Kelompok C, orang yang berhasil tetapi tidak tahu mengapa dia berhasil. Sedangkan kelompok D, orang yang gagal dan tidak tahu mengapa dia gagal. Ini adalah seburuk-buruknya orang.

Sebagai insan Kemenpar, dengan working spirit “Be The Best” saya yakin kita bisa menjadi kelompok A, “The A Team”, yakni orang yang selalu berhasil dan sukses, yang jika berhasil tahu mengapa dia bisa berhasil. Kalaupun misalnya terpaksa tidak bisa menjadi yang terbaik, kita harus tahu mengapa kita gagal.

Saya lebih menghargai “orang yang gagal tetapi tahu mengapa dia gagal” daripada “orang yang berhasil tetapi tidak tahu mengapa dia berhasil”. Tetapi pasti saya paling menghargai “orang yang berhasil dan tahu mengapa dia berhasil” karena dia pasti telah berusaha memberikan yang terbaik yang bisa dilakukannya, “Be the Best”. Working spirit ini harus ditanamkan di dalam hati semua insan Kemenpar.

Melihat pentingnya arti sebuah award, tentunya harus dilakukan pengelolaan award (award management) dengan baik. Kita harus selektif dalam memilih award mana saja yang harus diraih. Dengan kata lain, kita harus memilih bukit-bukit manakah yang harus kita menangkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement