REPUBLIKA.CO.ID, TANJUNGPINANG - Suka petualangan alam? Hobi menyusuri hutan? Atau ketagihan sport tourism? Bila iya, ada event yang lengkap memenuhi selera Anda itu. Namanya Eco Run 5K Mapur Island yang digelar 13-14 Mei 2017. Selain lari melintasi hutan liar dan pantai berjarak lima kilometer, peserta akan diajak mengeksplore keindahan Pulau Mapur, Kepulauan Riau (Kepri).
Kegiatan yang dihelat Komunitas konservasi laut ini menitikberatkan wisata pantai, hutan dan wisata budaya dan seni. Nantinya peserta akan menikmati snorkeling Taman Kima, pelepasan tukik (anak penyu), transplantasi (penanaman) terumbu karang, tour Kampung, dan kesenian tradisional Melayu. Peserta nantinya juga akan menginap di rumah warga yang dijadikan homestay. Pada malam harinya, akan diadakan api unggun dan barbeque di pinggir pantai sambil menyaksikan kesenian tradisional Melayu.
Ketua panitia pelaksana Andrinal mengatakan, Eco Run Mapur ini, peserta cukup membayar biaya registrasi Rp 500 ribu, melalui website http://ecorunmapur.com. Total hadiah yang disediakan panitia sebesar Rp 30 juta.
"Eco Run Mapur ini memprioritaskan konsep menikmati keindahan alam dan konservasi laut. Karena lokasinya berjarak 20 mil dari pulau Bintan, peserta dijemput dengan kapal speed boat di dermaga/pelabuhan Dinas Pariwisata Bintan Teluk Bakau,” kata Andrinal, Selasa (2/5).
Meskipun pendaftaran akan ditutup satu hari sebelum pelaksanaan, sebaiknya segeralah mendaftar, karena panitia hanya menargetkan jumlah peserta 200 orang. Bagi calon peserta yang akan mendaftarkan diri harus melakukan pembayaran dengan cara transfer dan menyimpan bukti pembayaran, untuk pengambilan racepack.
Andrinal mengungkapkan, Eco Run Mapur juga akan diikuti peserta dari negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura. Selain itu, dirinya mengaku sudah ada minat dari warga di beberapa negara Eropa yang tertarik mengikuti Eco Run Mapur.
“Sudah ada beberapa yang menyampaikan minatnya melalui email, mereka dari luar negeri. Sampai saat ini panitia bersama Karang Taruna Desa Mapur membersihkan lokasi trekking. Start mulai dari pantai, lalu masuk ke hutan dan finish kembali di pantai,” kata Andrinal.
Andrinal menambahkan, ajang lari ini akan dilaksanakan tahunan dalam upaya promosi dengan tujuan mengenalkan Pulau Mapur sebagai destinasi wisata melalui sebuah olahraga dengan mengusung tema konservasi dan pelestarian lingkungan.
“Yang jadi prioritas mengedepankan konsep menikmati keindahan alam. Ajang ini merupakan event olahraga lari di trekking alam dengan mengutamakan aspek kelestarian alam dan lingkungan,” kata Andrinal.
Bagi Menteri Pariwisata Arief Yahya (Menpar) Arief Yahya, kegiatan yang berlokasi di crossborder itu penting. Terutama untuk menggaet wisatawan dari area perbatasan, yang terbukti di 2016 cukup sukses. Karena itu pihaknya terus modifikasi dan lanjutkan di banyak crossborder di tanah air. Dari Aruk, Kab Sambas, Kalbar yang berbatasan dengan Malaysia, Atambua NTT yang berdekatan dengan Timor Leste, Merauke dan Irian Jaya, Papua yang berimpitan dengan Papua Nugini.
“Bintan, Batam, Anambas, Tanjung Balai Karimun juga terus dicarikan program yang cocok untuk menarik wisatawan mancanegara. Di mana-mana, crossborder itu bisa menjadi generator baru untuk menembus Wisman. Di Prancis, Spanyol, Belanda, dan banyak Negara Eropa sudah menempuh cara ini, menaikkan wisman dari crossborder,” kata Menpar.