Sabtu 29 Apr 2017 15:00 WIB

Rakernas II PHRI Bahas Tiga Pilar Utama Pariwisata

Wisatawan menikmati kawasan wisata Pantai Tanung Aan, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. (ilustrasi)
Foto: Antara/Andreas Fitri Atmoko
Wisatawan menikmati kawasan wisata Pantai Tanung Aan, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANJARMASIN - Rapat Kerja Nasional II (Rakernas II) Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) di Neptunus Ballroom Golden Tulip Hotel Banjarmasin, Kalimantan Selatan resmi dibuka. Rakernas yang digelar sampai Kamis (27/4)ini membahas isu-isu terkini yang berkembang di industri pariwisata di Indonesia.

Mengambil tema Bersama "PHRI Kita Sukseskan Visit Wonderful Indonesia 2018", di hari pertama dibahas keterkaitan tiga pilar utama pariwisata yaitu atraksi atau objek wisata itu sendiri, infrastruktur interkoneksi, dan akomodasi.

Ketua Umum BPP PHRI Hariyadi Sukamdani mengatakan, ketiga hal tersebut harus bisa terpenuhi untuk membantu mencapai target 15 juta wisatawan ke Indonesia di tahun 2017.

"Perkembangan wisata akan lebih baik, begitu juga pengelolan destinasi wisata akan terangsang pembenahannya. Infrastruktur juga diharap akan lebih bagus, dan yang tidak kalah pentingnya adalah menumbuhkan kesadaran wisata bagi masyarakat terutama di sekitar destinasi wisata," kata Hariyadi.

Hariyadi menambahkan, PHRI optimistis mampu memenuhi target pemerintah untuk mendapatkan 20 juta wisatawan asing dan target devisa sebesar Rp 240 triliun. "Target tersebut memang tinggi, namun realistis untuk bisa kami capai bersama. Mengingat, masih sangat terbuka peluang untuk meraihnya," kata Haryadi.

Hariyadi menjelaskan, Thailand yang meraih kunjungan wisatawan sebesar 29,5 juta orang dan Malaysia dengan jumlah kunjungan wisatawan 25 juta orang. Sedangkan Indonesia baru meraih 12 juta orang.

"Kita punya keunggulan jumlah dan keanekargaman destinasi wisata yang merupakan terbesar di ASEAN. Jumlah armada udara kita lebih dari 500 unit, ini juga terbesar di ASEAN. Tidak hanya itu, jumlah kamar hotel kita juga terbesar di ASEAN sebanyak 507.200 unit dengan jumlah hotel 18.353 unit," kata Haryadi.

Pariwisata, lanjut Haryadi, harus bisa mendukung rencana pembangunan Pemerintah yang Indonesia sentris. Yaitu tidak hanya terpusat di Pulau Jawa tapi juga mulai dari daerah-daerah, begitu juga di Industri pariwisata.

Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Kementrian Pariwisata Dadang Rizki Ratman mengatakan, untuk perkembangan pariwisata Indonesia, semua pihak wajib bekerjasama, termasuk PHRI. Saat ini, standar pelayanan harus global.

"Produk pariwisata Indonesia sudah bagus, tetapi pengelolaannya masih lemah. Secara konsep semua daerah di Indonesia semua harus terhubung, tetapi siapkah daerah didatangi wisatawan mancanegara dengan standar pelayanan dan pengelolaan berkualitas?" kata Dadang.

Menurutnya, dengan seringnya event-event bertaraf nasional dan internasional digelar di daerah, maka dengan sendirinya tingkat kunjungan wisatawan nusantara dan mancanegara akan meningkat. Hal ini berimbas pada akupansi hotel akan makin tinggi.

Menteri Pariwisata Arief Yahya menuturkan, ada tiga hal yang akan membuat Indonesia mampu unggul dari negara lain dalam bidang pariwisata, yaitu 3 S, Spirit, Smart, Solid. Menurut Arief, strategi tanpa semangat tentu akan tidak maksimal. Ini bisa dicontoh dari Thailand yang begitu bersemangat dalam memenangkan peperangan dalam konteks industri pariwisata. "Mereka hebat sekali. Dari mulai rajanya sampai cleaning service mereka, kalau bicara pariwisata itu hebat luar biasa," ujar Arief.

Selain itu, hal kedua adalah solid. Ini juga terlihat di Thailand dimana berbagai pihak, mulai dari maskapai, perhimpunan hotel dan restoran (PHRI) hingga paket wisatanya bersatu. "Jadi, PHRI dengan pemerintah dan bisnis harus bersatu, solid, kalau mau menang bersaing," kata dia.

Yang terakhir, yang perlu diperhatikan jika ingin menang dalam persaingan industri pariwisata yaitu kecepatan atau speed. "Kelemahan bangsa adalah terlalu lelet. Malaysia lebih kecil dari Indonesia tapi kita kalah dari mereka. Kita kalah dari Thailand yang lebih kecil. Bahkan kita kalah dari Singapura yang lebih kecil," kata Arief.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement