REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -– Bisnis hunian vertikal kini telah merambah sejumlah kawasan penyangga Jakarta termasuk Depok. Hal itu tidak terlepas dari tren warga perkotaan yang jumlahnya kian bertambahnya dan menuntut adanya fasilitas hunian modern yang nyaman.
Terutama dengan berdirinya sejumlah universitas papan atas di kawasan Margonda dan sekitarnya akan membuat harga lahan di kawasan Depok akan melonjak naik. Kehadiran rusun tersebut, di sisi lain juga mendukung program sejuta rumah yang digulirkan pemerintah pusat. “Depok kian berpotensi untuk rumah susun,” kata Kepala Dinas Perumahan dan Permukiman Pemkot Depok, Wijayanto, disela diskusi Infrastruktur Depok Topang Kenyamanan Kota, beberapa waktu lalu.
Direktur Utama Orchid Realty, Mujahid menambahkan hunian vertikal menjadi solusi utama di pusat kawasan bisnis (CBD) Margonda. Di kawasan tersebut harga lahan rata-rata menyentuh Rp 20 juta meter persegi. Dua atau tiga tahun terakhir ada dua tipe apartemen yang paling banyak dipasarkan di Depok, yaitu apartemen untuk hunian mahasiswa dan hunian keluarga. Tipe yang banyak diminati tipe studio dengan kisaran harga Rp300 sampai Rp 500 juta. "Permintaannya masih tinggi," katanya.
Di sisi lain, fasilitas infrastruktur di kawasan ini juga masih terus dibenahi. Jalur tol Cijago seksi dua sudah mulai beroperasi akhir 2017. Kini, progres konstruksi jalan tol yang terdiri dari Margonda-Cisalak dan Margonda Kukusan sudah mencapai 68 dan 50 persen.
Tol Cijago akan terdiri dari tiga seksi. Seksi I (Cimanggis-Jalan Raya Bogor) sudah beroperasi pada 2012 lalu. Seksi III (Kukusan-Cinere) masih dalam proses pembebasan lahan.
Adapun akses keluar masuk tol akan berlokasi di Jalan Raya Bogor, Margonda, dan Cinere. Pembangunan jalan tol Depok-Antasari seksi I Antasari-Brigif ditargetkan selesai akhir tahun ini. “Penyelesaian konstruksinya sudah mencapai 49,5 persen dan pembebasan lahan 97 persen,” kata Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT), Herry Trisaputra Zuna.