Senin 24 Apr 2017 14:45 WIB

AAO 2017 Genjot Pariwisata di Crossborder Atambua

Warga memainkan orkes suling bambu untuk menyambut kedatangan tamu di Desa Looluna, Belu, Nusa Tenggara Timur (ilustrasi).
Foto: Antara/Yudhi Mahatma
Warga memainkan orkes suling bambu untuk menyambut kedatangan tamu di Desa Looluna, Belu, Nusa Tenggara Timur (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, BELU -- Dukungan Kementerian Pariwisata (Kemenpar) di perhelatan Sport Tourism yang berada di Crossborder membuahkan hasil manis. Untuk pertama kalinya, acara Atambua Adventure Offroad (AAO) 2017 yang dihelat 22-23 April 2017 diikuti banyak peserta dan wisatawan mancanegara (Wisman).

Bupati Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT), Willybrodus Lay mengatakan, acara ini berhasil melaksanakan debut manisnya karena untuk pertama kalinya dengan waktu yang sangat mepet, perhelatan AAO sukses mengumpulkan 70 Mobil dari 14 tim yang pesertanya terdiri dari berbagai wilayah di Indonesia dan negara tetangga Timor Leste.

”Terima kasih kepada Kemenpar yang telah mendukung acara kami ini. Ke depannya akan kami buat ini menjadi agenda rutin, karena acara ini juga diminati oleh negara tetangga Timor Leste, ini acara pertama, namun sudah sangat meriah,” ujar Bupati yang biasa disapa Willy itu.

Dalam acara AAO, Willy pun langsung terjun langsung ke tempat acara. Bahkan mengikuti rangkaian acara dari awal hingga akhir di sesi pertama hari pertama pelaksanaan AAO. Willy menambahkan, pihaknya sangat setuju dengan apa yang dikumandangkan Kemenpar betapa berpotensinya Wisman Crossborder untuk mengangkat perekonomian rakyat Indonesia.

Oleh karena itu, Bupati juga menginstruksikan kepada seluruh stakeholder dan pelaku pariwisata di Atambua untuk ikut mempromosikan Atambua salah satunya dengan cara digital.

”Rencananya kami akan bermain di Sosmed membuat hastag Atambua Kota Festival. Kami akan membuat kalender Pariwisata yang tetap dan akan buat acara-acara selama setahun untuk menghidupkan Atambua dan menjadikan Atambua sebagai destinasi yang baru. Kami akan promosikan di sosial media. Ini juga berkat Kemenpar yang terus menjadikan Atambua menjadi kota festival dan destinasi Pariwisata, yang membuat kami siap membranding kota ini,” ujar Willy.

Willy berjanji akan juga melibatkan daerah sekitar Belu dan wilayah tetangga di Atambua, tujuan utamanya jelas membuat acara yang menarik yang mampu memantik kedatangan negara tetangga Timor Leste ke wilayah tanah air. ”Nanti akan kami release acara apa saja, yang penting program Crossborder berjalan baik dan sukses,” katanya.

Kemenpar melalui Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Nusantara Asdep Pasar Segmen Personal Kemenparndi hari perdana berjalan lancar dan menarik. Dengan rute start Lapangan Simpang 5 Atambua menuju Air Terjun Mauhalek di kec Lasiolat, lanjut ke padang Fulan Fehan di Kec Lamaknen, dan ke Benteng Ranu Hitu di Kec Lamaknen, terus melintasi pegunungan Perbatasan RI-Timor Leste di kec Lamaknen dan kec Lamaknen Selatan.

Pemandangan bukit nan indah Padang Fulan Fehan menjadi arena yang sangat menarik. Selain branding nasional Kemenpar Pesona Indonesia bertebaran di Atambua, keindahan alam Fulan Fehan juga menjadi daya tarik yang tiada duanya. ”Semua bisa dilaksanakan di tempat ini, Paralayang, Golf, dan semua Sport Tourism. Kita akan buat berkelas international,” kata Willy.

Untuk hari kedua (23 April) rencananya akan start dari Desa Naekasa di kec Tasifeto Barat, menuju kec Kakuluk Mesak, batas kab TTU, kembali menuju arah kota Atambua, finish di Lapangan Simpang Lima Atambua, dilanjutkan dengan malam hiburan dan acara penutup.

Menteri Pariwisata Arief yahya menegaskan bahwa pihaknya ingin terus menghidupkan cross border, atau dekat dengan negara tetangga. Atambua cukup berpotensi, sebagai destinasi crossborder, kalau diperbanyak kegiatan di area perbatasan itu.

”Jika tiap akhir pekan ada kegiatan rutin, itu bisa menjadi atraksi yang mendorong pengembangan industri pariwisata di sana. Hotel, restoran, cafe, rent a car, homestay, souvenir, semua bisa berkembang di sana. Industri akan cepat bergerak, ketika menemukan marketnya," jelas dia.

Seperti Malaysia juga banyak border tourism, terutama dari Singapore, karena tidak perlu menyeberang, bisa ditempuh dengan jalur darat. Eropa apa lagi? Mereka besar karena crossborder, jalur daratnya hidup, semua bisa ditempuh dengan jalur darat. "Event yang berkelas internasional," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement