Jumat 21 Apr 2017 18:08 WIB

Travel Agent Malaysia Buru Wisata Sejarah dan Religi Banten

Pekerja menyelesaikan proyek pelebaran jalur wisata menuju Banten Selatan di Kampung Baru, Curug, Serang, Banten. (ilustrasi)
Foto: Antara/Asep Fathulrahman
Pekerja menyelesaikan proyek pelebaran jalur wisata menuju Banten Selatan di Kampung Baru, Curug, Serang, Banten. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, PANDEGLANG -- Event perdana Banten Travel Mart (BTM) 2017 yang digelar di Tanjung Lesung Beach Hotel, Pandeglang, Banten, 19-21 April diserbu buyers asal Malaysia. Sebanyak 30 travel agent rata-rata mengejar paket wisata sejarah yang ada di Banten.

"Saat yang lain lebih banyak fokus ke Tanjung Lesung, yang dari Malaysia ini justru nguber paket wisata sejarahnya. Mereka bilang karena ada ikatan emosional sejarah antara Indonesia dan Malaysia, khususnya Banten," kata PIC Destinasi Tanjung Lesung, Ida Irawati, Kamis (20/4).

Alias Saad, dari Kola Global Holidays & Tours dari Malaysia mengatakan, masyarakat Malaysia mendapatkan pendidikan formal terkait sejarah tanah Melayu sedari pendidikan dasar, termasuk sejarah Indonesia. Sehingga, ada minat khusus untuk mengunjungi langsung apa yang dipelajarinya.

"Kita itu dapat pelajaran sejarah-sejarah Indonesia sejak jaman kerajaan. Kita tahu sejarahnya kerajaan Majapahit, Mataram, Sriwijaya, dan lainnya. Di banten banyak juga, sehingga kita ingin mengajak wisatawan yang tertarik sejarah melihat langsung peninggalannya," ujar Alias.

Seperti diketahui, Banten kaya akan potensi wisata sejarah dan religi. Wisata sejarah di Banten menarik karena dari sudut pandang sejarah kawasan itu pernah berjaya karena letaknya yang strategis. Lokasinya membuat kapal-kapal pedagang melewati wilayah ini dan menjadikannya pelabuhan terbesar di Indonesia.

Selain itu, Kesultanan Banten yang mengatur wilayah Banten merupakan kerajaan maritim yang mengandalkan perdagangan sebagai sektor utama perekonomiannya. Walhasil, Banten menjadi jalur niaga bagi pedagang dari negara Persia, India, Cina, Vietnam, Filipina, dan Jepang.

Jejak Sejarah

Meski Kesultanan Banten resmi dihapus pada 1813 oleh pemerintah Kolonial Inggris dengan memaksa Sultan Muhammad bin Muhammad Muhyiddin Zainussalihin turun dari tahta, namun jejak-jejak peninggalannya masih tampak berdiri kokoh hingga saat ini.

Beberapa peninggalan sejarah dan religi tersebut antara lain Menara Masjid Agung Banten, Jejak Sultan Ageng Tirtayasa, Benteng Speekwijk, Keraton Surowowan, Keraton Kaibon, serta Wihara Avalokitesvara yang berada dalam satu kawasan Banten Lama.

Kepala Dinas Budaya dan Pariwisata Banten, Eneng Nurcahyati mengatakan, untuk pengembangan wisata sejarah dan religi di Banten, pemerintah akan menyelenggarakan beberapa even baik yang berskala lokal dan nasional.

"Nanti ada Seba Baduy 2017, Gebyar Wsata Banten yang akan dilakukan bersamaan dengan Gebyar Wisata Nusantara pada bulan Mei 2017 dan Agustus/September 2017. Banten Beach Festival pada Oktober 2017 serta Cilegon Ethnic Carnival bersamaan dengan Golok Day Festival dan Sail Krakatau pada 27-30 April 2017," papar Eneng.

Bahkan, lanjut Eneng, kuliner Banten pun masih termasuk dalam paket wisata sejarah. Diketahui, Banten memiliki makanan khas Rabek berbahan daging kambing yang merupakan makanan khusus disajikan untuk darah biru kerajaan zaman dahulu.

"Rabek ini dulu tidak sembarangan orang bisa merasakannya. Ini khusus untuk keluarga sultan dan darah biru. Tapi, sekarang makanan Rabek bisa dinikmati siapa saja. Biasanya ada yang berjualan di sekitar destinasi wisata. Nanti juga akan kami promosikan di event Pandeglang Food Festival 28-30 April 2017 nanti," kata Eneng.

Dalam peta wisata sejarah dan religi, kata Menpar Arief Yahya, Banten punya nama kuat, bahkan sampai di Afrika Selatan. Ada tokoh ulama besar, yang konon masih punya sejarah dengan Banten dan juga Makassar, bernama Syekh Yusuf yang dikenal dan dimakamkan di Cape Town, dan disebut-sebut berasal dari Indonesia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement