Jumat 14 Apr 2017 10:33 WIB

Sandaran Perdana Cruise Asal Australia Disambut 3 Menteri Jokowi

Kapal pesiar sedang berlabuh (ilustrasi).
Foto: ANTARA FOTO/Abriawan Abhe
Kapal pesiar sedang berlabuh (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, BENOA -- Tiga menteri Kabinet Kerja yakni Menko Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan, Menpar Arief Yahya dan Menhub Budi Karya Sumadi menjemput cruise perdana di Tanjung Benoa, Bali Kamis (13/4). Didampingi Gubernur Bali Made Mangku Pastika dan Kapolda Bali Irjen Pol Petrus R Golose, mereka menyambut kedatangan perdana kapal pesiar Pacific Eden yang berada di bawah group Carnival Corporation & PLC dari Australia.

Para pejabat Kabinet Kerja itu langsung ditemui oleh Mr. Sture Myrmell, President of Carnival Australia of Carnival Corporation dan Mr. Mike Drake, Director P&O Australia Carnival Group. Mereka juga disambut oleh kesenian Bali yang tampil khas dengan musik yang dinamis dan para penari yang jelita dengan pakaian adat warna-warna emas.

Mereka menyebut Indonesia punya kekayaan dan keindahan alam yang sulit tertandingi. Indonesia memiliki segalanya, dan sangat berprospek dikembangkan sebagai destinasi cruise. Mereka sangat tertarik untuk bersandar ke Bali, Lombok, Jakarta sampai Komodo Labuan Bajo NTT.

"Sayangnya, bersandar di pelabuhan-pelabuhan Indonesia itu sangat mahal. Termasuk di Benoa Bali," kata Mike Drake, Director P&O Australia Carnival Group.

Sejumlah wisatawan berada di kawasan Tanjung Benoa (Fikri Yusuf, Antara)

Dia paparkan data benchmark biaya sandar yang 10-15 persen lebih mahal daripada Singapura, Malaysia dan Hongkong. Tiga menteri itupun bengong dan terbelalak melihat biaya yang mahal itu. "Sementara fasilitas yang disediakan Pelindo III masih sangat minim. Dari soal air bersih, pengolahan sampah, sampai fasilitas di terminal. Strategi harga inilah yang membuat kapal-kapal cruise pindah sandar ke negara tetangga!" kata Luhut bersemangat.

Karena itu, Luhut langsung meminta Menhub Budi Karya untuk memanggil Pelindo III untuk membicarakan soal fee sandar dan lepas sandar di semua pelabuhan di tanah air. "Tolong perbaiki harganya, bechmark dengan Singapura," kata Luhut.

Menurut Menkomar, masalah port charges yang tinggi, fuel prices, sampah, air, dan lainnya, sudah bertahun-tahun terjadi. Terminalnya juga harus segera diperbaiki. Inilah critical yang harus segera diselesaikan. "Tolong segera di deregulasi, dibuat kebijakan yang cepat untuk mengatasi hal tersebut, buat National Cruise Tourism Strategy," katanya.

Menkomar Luhut berjanji akan segera membereskan semua problematika di Pelindo III itu, agar bisa mendatangkan cruise lebih banyak lagi. Dia mengingatkan semua pihak agar bekerjasama untuk menyelesaikan masalah dan memperbaiki pernak-pernik hambatan. "Kerjasama antar Kementerian, Pemerintah Daerah, dan lembaga terkait lainnya harus terus bersinergi," kata dia di lantai 7 Kapal Pesiar berwarna biru tua itu.

Dia menginstruksikan agar semua peraturan yang tidak masuk akal dan mempersulit harus di deregulasi. "Benoa ini akan dibangin terminal cruise bertaraf internasional, untuk persiapan IMF-World Bank Annual Meeting pada Oktober 2018 yang akan dihadiri oleh 13 ribu sampai 18 ribu peserta dari 189 negara," kata Luhut.

Luhut menjelaskan, ke depan Bali bisa dijadikan destinasi Fly and Cruise. Terbang ke Bali, lalu sailing dengan yacht mereka ke berbagai pulau di tanah air. Setelah selesai, menjelajahi pulau-pulau indah di Lombok sampai Labuan Bajo, Wakatobi, kembali ke Bali dan terbang ke negaranya lagi. Dia bermimpi menjadikan Bali sebagai tempat para jet-setter dan orang-orang super kaya dunia.

Menpar Arief Yahya menambahkan cruise di Indonesia menurun jumlahnya, dari 400 calls menjadi 350 calls tahun 2016. "Tetapi jumlah penumpangnya bertambah, dari 200 ribu 2015  naik 260 ribu tahun 2016. Itu menunjukkan cruise yang bergerak ke Indonesia itu ukurannya lebih besar, dari small size ke medium dan big size," jelas Arief Yahya.

Untuk cruise, lanjut Menpar Arief, Indonesia itu hanya mendapatkan 1 juta wisman, nilai devisanya USD 1 Miliar. Angka itu terlalu kecil dibandingkan potensi Indonesia senagai negara Bahari atau Maritim. "Bandingkan dengan Malaysia, yang sudah 8 juta wisman, kita terlalu kecil kalau hanya 1 juta. Maka proyeksi kami akan menjadi 4 juta wisman atau USD 4," katanya.

Group Carnival Corporation & PLC ini, memiliki 10 brand kapal pesiar dan 100 kapal, dan mengangkut lebih dari 10 juta wisatawan. Carnival juga mengagregat kapal-kapal besar, seperti AIDA, Carnival, Cunard, Holland America Line. fathorn, P&O Cruise, Princess Cruises & Seabourn.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement