Sabtu 08 Apr 2017 17:42 WIB

Ecopark Ancol Jadi Rumah Keanekaragaman Hayati

Rep: Ahmad Fikri Noor/ Red: Winda Destiana Putri
Ocean Ecopark Ancol
Foto: Ancol
Ocean Ecopark Ancol

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada 2010, manajemen Taman Impian Jaya Ancol mengubah fungsi lapangan golf di kawasan Ancol menjadi ruang terbuka hijau (RTH). Kawasan dengan luas 32 hektare itu kemudian beralih fungsi menjadi taman dan diberi nama Ecopark Ancol.

Direktur Utama PT Pembangunan Jaya Ancol Paul Tehusijarana mengatakan, Ecopark merupakan wujud komitmen Ancol pada pelestarian lingkungan. Langkah itu berbuah positif karena kawasan itu kini bisa menjadi habitat untuk beraneka ragam flora dan fauna.

Hal itu terdokumentasi dalam buku Ragam Kehidupan Biota di Ancol Taman Impian. Buku itu lahir atas kerja sama manajemen Ancol dan Biologi Bird Club (BBC) Universitas Nasional. "Kini kita punya tugas tambahan menjaga biota yang sudah ada. Jangan sampai hilang karena salah kelola," ujar Paul.

Dalam buku itu, tercatat 62 jenis burung, 29 jenis kupu-kupu, 12 jenis capung, dan enam jenis reptil yang ada di beberapa kawasan Ancol salah satunya Ecopark. Paul mengisahkan, keputusan manajemen Ancol mengubah lapangan golf menjadi taman adalah untuk memberikan fasilitas pada pengunjung agar bisa menikmati alam tanpa dipungut biaya.

"Sebenarnya ini tidak disengaja tapi hasilnya positif. Saya juga kaget ternyata ada sebanyak itu jenis fauna yang ada di Ancol," ujar Paul. Paul mengaku akan berupaya terus menjaga komitmen Ancol agar tetap ramah pada lingkungan dan memberikan rumah untuk keanekaragaman hayati.

Salah seorang penulis dan anggota BBC Gusti Wicaksono mengaku Ecopark memiliki tingkat keanekaragaman hayati tertinggi dari empat kawasan yang menjadi area pengamatan. Bahkan, tim penulis berhasil mengabadikan burung pemakan ikan Raja Udang Erasia di kawasan tersebut.

"Burung itu bukan dari Indonesia. Burung itu dalam proses migrasi dan memilih singgah di Ecopark untuk mencari makan," ujarnya.

Kawasan itu pun dinilai memiliki pola rantai makanan dengan adanya predator tertinggi berupa biawak. "Ini menunjukkan manusia bisa hidup harmonis dengan hewan asalkan kita menyediakan sedikit ruang untuk mereka," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement