Selasa 14 Mar 2017 14:49 WIB

Ralia Pictures Siapkan Film tentang Spirit Pramuka

Ralia Pictures melakukan kunjungan ke Kwarnas Gerakan Pramuka guna persiapan film
Foto: Gerakan Pramuka
Ralia Pictures melakukan kunjungan ke Kwarnas Gerakan Pramuka guna persiapan film

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rumah produksi Ralia Pictures tengah mempersiapkan film yang mengangkat spirit Pramuka dalam kehidupan sehari-hari berjudul "Satria Juara". Sebagai tahap awal, Syamsul “Masdjo” Arifin selaku produser dan perwakilan Kwartir Cabang (Kwarcab) melakukan kunjungan ke Kwarnas Gerakan Pramuka.

“Sekarang, film (Satria Juara) masih tahap produksi. Ini melengkapi film Pramuka yang terdahulu. Karena ini tahap awal, kita meminta masukan dari Kwarnas Gerakan Pramuka,” ujar Syamsul “Masdjo” Arifin dalam keterangan tertulis.

Perwakilan Kwarcab Banyumas, Suwondogen mengaku prihatin dengan pergaulan anak-anak hari ini yang akhlaknya mulai berkurang. “Lewat film (Satria Juara) ini, harapannya orangtua bisa mendidik anaknya menjadi berbudi pekerti luhur dan mempromosikan spirit Pramuka di tengah-tengah masyarakat Indonesia,” ucapnya.

Pengurus Kwarnas Gerakan Pramuka yang hadir dalam audiensi tersebut, Wakil Ketua Kwarnas Bidang Perencanaan, Pengembangan dan Kerjasama (Rembangma) Marbawi; Wakil Ketua Kwarnas Bidang Badan Usaha dan Aset Milik Gerakan Pramuka (BUMGP) Ridjal J Kotta; Andalan Nasional urusan Kominfo Luqman Hakim Arifin dan Hariqo Wibawa Satria.

Waka Bidang Rembangma, Marbawi mengapresiasi rencana pembuatan film “Satria Juara” tersebut. “Hasil audiensi ini akan disampaikan kepada Ketua Kwarnas. Kak Adhyaksa Dault prinsipnya mengapresiasi segala karya anak bangsa untuk negerinya,” tambahnya.

“Setiap zaman ada semangat zaman. Zaman sekarang adalah berkarya. Film ini kan berjudul ‘Satria Juara’, genre juaranya ini perlu ditentukan, zero to hero seharusnya seperti apa. Hero zaman sekarang adalah ia yang punya karya yang belum ada sebelumnya,” jelas Marbawi.

Waka Bidang BUMGP, Ridjal J Kotta mengatakan, film ini ada tiga dimensi yaitu Pramuka dalam konsep, Pramuka dalam riil-nya, dan Pramuka dalam konsep budaya Banyumas. “Sehingga dalam pemakaian simbol-simbol Pramuka mesti ikuti aturan yang ada, karena sudah ada HAKI-nya,” tuturnya.

Sementara itu, Hariqo Wibawa Satria mengatakan, masalah sosial bukan hanya soal generasi yang sibuk dengan gadgetnya dan kemiskinan, tapi juga minimnya semangat kerelawanan. “Karena itu, bagaimana film itu bisa jadi solusi atas masalah sosial sekarang. Menanamkan spirit kerelawanan bisa lewat film ini,” tuturnya dalam keterangan tertulis.

“Alhamdulillah, setiap tahun ada film Pramuka. Tahun 2015 ada Hasduk Berpola, tahun 2016 Ayu Anak Titipan Surga, dan tahun 2017 ada film ini. Harapannya, film ini bisa jadi media darling dan ditonton banyak orang,” ucap Luqman Hakim Arifin.

Film Satria Juara bercerita tentang seorang Pramuka bernama “Satria.” Meskipun ekonominya serba kekurangan, dirundung banyak masalah, tapi ia tetap sabar dan pantang putus asa. Berkat kegigihannya itulah, ia sampai berhasil meraih beasiswa kuliah di Belanda dan kembali mengabdi ke kampung halaman untuk membangun daerahnya.

Film ini rencana syutingnya di dua lokasi. Pertama, 80 persen di Banyumas, Provinsi Jawa Tengah. Kedua, 20 persen di Belanda, sebagai tempat “Satria” menempuh pendidikan tingginya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement