Rabu 08 Mar 2017 10:30 WIB

Vogue Rayakan Ultah dengan Lawan Diskriminasi Terhadap Muslim

Rep: Dyah Ratna Meta/ Red: Indira Rezkisari
Majalah Vogue.
Foto: EPA
Majalah Vogue.

REPUBLIKA.CO.ID, MARYLAND -- Majalah mode ternama Vogue merayakan ulang tahunnya yang ke-125. Dalam ulang tahunnya tersebut Vogue menampilkan berbagai kisah mengenai kehidupan yang berbeda di antara para wanita Amerika di berbagai belahan AS.

Di antara subjek yang ditampilkan adalah komunitas wanita Muslim di Maryland, AS. Kisah para wanita Muslim di Maryland mengingatkan pentingnya menjaga keberadaan komunitas yang berbeda di Amerika yang merupakan negara multikultural. Ini juga cara Vogue melawan diskriminasi.

Dalam peringatan ulang tahun Vogue kali ini diberi judul “American Women” yang menampilkan 15 portofolio video dan potret yag diambil oleh para fotografer. Seorang jurnalis foto Lynsey Addarrio mengambil foto “Islam in America". Ia mengambil foto-foto empat wanita  Muslim yang tinggal di Maryland.

Seperti dilansir Huffington Post, Addarrio selama ini telah mengambil foto-foto laki-laki Muslim maupun wanita Muslim. Ia telah mengambil foto-foto mereka selama satu dekade.

Addarrio juga sering mengambil foto di berbagai wilayah di dunia yang sedang mengalami perang dan konflik. Namun dengan meningkatnya Islamofobia maka perlu dilakukan sesuatu di Amerika untuk mencegah Islamofobia makin berkembang.

“Sejak Presiden Trump berkuasa ia telah membuat kebijakan yang tak adil bagi umat Muslim,"  ujar Addario.

Menurutnya, sangat penting bagi media mainstream untuk menunjukkan jika Muslim adalah bagian dari  Amerika dan banyak Amerika yang merupakan Muslim. "Saya harap kisah-kisah Muslim seperti ini dapat memusnahkan konsep yang salah mengenai Muslim."

Di antara wanita yang ditampilkam oleh Addario adalah Zainab Chaudhary. Chaudhary merupakan  Manajer Lapangan Council on American-Islamic Relations (CAIR) di Maryland.

Dalam kerja dan kehidupan pribadinya, Chaudry sering berjuang melawan stereotip yang dilabelkan terhadap  Islam dan wanita Muslim. "Kami bukan penyembah batu. Selain itu kami juga memiliki berbagai latar belakang yang berbeda, kami memiliki pengalaman yang berbeda yang menentukan siapa kami," ujar Chaudry.

Sejak pemilihan presiden kemarin, kata Chaudry, banyak wanita Muslim bertanya apakah mereka perlu melepas hijabnya. "Saya juga bertemu wanita Muslim yang melepas hijabnya. Saya tak takut, saya hanya marah karena seharusnya orang tak perlu takut memakai pakaian yang mereka sukai."

Vogue juga menampilkan foto Lyric Harris (19 tahun) yang sedang berdoa di Masjid Baltimore. Ia merupakan pelajar di Towson University. Harris tumbuh di Washington D.C dan mulai memeluk Islam saat di SMA.

"Saat pertama kali menjadi seorang Muslim saya bertanya apakah saya harus memakai kerudung?  Saya tak memakainya sampai Trump berkuasa, namun sekarang saya memakai kerudung untuk menunjukkan kalau saya bisa memakai apapun yang saya mau. Ini merupakan pernyataan politik bagi saya untuk memakai kerudung,"  kata Harris seperti dilansir Vogue.

Vogue juga menampilkan foto Fatin dan adik laki-lakinya. Fatin mengatakan,  di sekolah di AS ia merasa aman.

"Kamu tahu kalau kamu ada di Suriah kamu akan selalu merasa ketakutan karena perang. Setiap kali berangkat ke sekolah saat di Suriah saya selalu bertanya apakah mereka akan meluncurkan bom? Bagaimana jika sekolah hancur, apakah saya harus pergi ke sekolah?", ujar Fatin.

Dalam foto lain juga ditampilkan Holly Gobelez membenarkan kerudungnya di kaca di rumahnya di Glenn Dale, Maryland. Gobelez adalah aktris dan ibu di New York yang masuk Islam di kampus setelah bertemu dengan suaminya yang Muslim dan dari Turki.

“Saat pertama kali saya menjadi Muslim saya mengalami krisis identitas. Bisakah saya tetap jadi orang  Amerika? Bagaimana jika saya dibuang? Lalu saya sadar saya adalah orang Amerika yang juga Muslim,"  ujar Gobelez.

Salah satu foto Muslimah yang diambil Vogue.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement