REPUBLIKA.CO.ID, Jepang bukan negara Islam, namun menyediakan ruangan shalat di bandara. Artinya ada kesadaran untuk melayani umat Muslim. Begitu pula dengan Korea Selatan dan Thailand. “Ketiga negara tersebut menaruh perhatian besar terhadap keperluan umat Muslim, terutama berupa sertifikasi halal untuk restoran dan hotel, serta tempat shalat khususnya di bandara,” tutur Chairman Aladdin Group A Riawan Amin beberapa waktu lalu.
Jadi, kata Riawan, kini yang bicara tentang industri halal tidak hanya orang Islam, atau negara-negara dengan penduduk Muslim besar, tapi juga berbagai negara yang nota bene bukan negara Muslim atau dengan jumlah penduduk Muslim yang sangat sedikit.“Mereka memandang hal tersebut sebagai peluang bisnis. Namun, terlepas dari apa pun latar belakang atau motivasinya, hal itu baik saja. Yakni, mereka menyediakan fasilitas halal bagi umat Muslim,” ujarnya.
Hal senada diungkapkan Tour Leader (TL) Muslim Yayah Rokayah. “Korea Selatan bukanlah negara Muslim. Namun Korea Selatan tampaknya menyadari betul bahwa potensi wisata Muslim global kini terus menggeliat,” kata Yayah kepada Republika, Selasa (28/2/2016).
Karena itu, kata TL yang juga penulis buku itu, Korea Selatan terus mengembangkan wisata Muslim. “Salah satunya dengan terus memperbanyak hotel dan restoran yang bersertifikat halal,” ujar Yayah yang sukses meluncurkan bukunya “Ditolong Allah” di Korea Selatan, Januari 2017 lalu.
Yayah yang rutin membawa rombongan wisatawan Muslim ke Korea Selatan menambahkan, wisata Muslim ke Korea makin diminati. “Pada bulan Maret saya akan membawa rombongan privat 15 orang ke Korea. Pada bulan April, saya pun akan membawa wisatawan Muslim berjumlah 30 orang ke Korea,” kata Yayah yang menjadikan hobinya dalam bidang traveling menjadi bisnis.
Menurut Yayah, ada banyak faktor mengapa makin banyak turis Muslim asal Indonesia senang berkunjung ke Korea. “Korea piawai menata tempat-tempat yang menarik sekali untuk dikunjungi turis dan menjadi tempat selfi. Ada empat musim di sana, dan tiap musim penataannya berbeda,” paparnya.
Selain itu, kata Yayah yang juga berbisnis penerbitan dan toko buku, Korea memiliki banyak masjid, tempat dan komunitas Muslim. “Di Korea kita bisa bertemu dengan banyak komunitas Muslim, khususnya yang berasal dari Indonesia. Kita pun mudah menjumpai masjid. Baik masjid yang diadakan oleh pihak Korea maupun yang disediakan oleh komunitas Muslim asal Indonesia. Masjid-masjid tersebut ada yang milik sendiri, ada pula yang masih menyewa kepada pihak ketiga,” tuturnya.
Tidak kalah pentingnya adalah ketersediaan resto halal. “Kini makin banyak resto halal di Korea, sehingga mudah mencari makanan halal di sana,” ujar Yayah.
Dalam kesempatan sebelumnya, Presiden Korea Tourism Organization (KTO) Jung Chang Soo, seperti dilansir Star2.com mengemukakan, Korea Selatan manjakan wisatawan Muslim. "Saat ini, ada sekitar 130 restoran untuk Muslim, termasuk 14 yang bersertifikat halal di Korea Selatan. Angka tersebut diperkirakan akan terus tumbuh," ujar Jung Chang Soo.
Jung Chang Soo menjelaskan, sekitar 150 perusahaan di Korea Selatan juga telah menerima sertifikasi halal untuk produk makanan mereka. Begitu juga sebuah perusahaan kosmetik yang produknya diproduksi di Korea Selatan. Selain itu, juga terjadi peningkatan jumlah supermarket halal. Sertifikasi halal disediakan oleh Korea Muslim Federation yang telah disinkronkan dengan persyaratan Badan Halal Malaysia.
Jung Chang Soo menambahkan, untuk menciptakan kenyamanan bagi wisatawan Muslim ini, Korea Selatan tidak hanya memproduksi produk halal, tetapi juga menyediakan tempat ibadah bagi Muslim.
Saat ini, terdapat 15 masjid di Korea Selatan, termasuk Masjid Pusat Seoul, dan 40 tempat ibadah di tempat-tempat wisata populer, seperti Nami Island, Lotte World, dan Coex Mall, Bandara Incheon International di Seoul. Yang terbaru ada di Bandara Internasional Gimhae di Busan dan K-Style Hub pusat informasi wisata di Seoul. "Jumlah tersebut diperkirakan akan meningkat juga, " tambahnya.