Rabu 25 Jan 2017 05:37 WIB

Riwayat Sabun Aleppo Kini Berlanjut di Bahrain 

Rep: Ahmad Islamy Jamil/ Red: Indira Rezkisari
Sabun Aleppo
Foto: Wikipedia
Sabun Aleppo

REPUBLIKA.CO.ID, MANAMA — Tradisi pembuatan sabun yang berakar dari kebudayaan Suriah kuno sampai saat ini masih terus bertahan. Meskipun negeri itu tengah dilanda perang saudara sejak beberapa tahun belakangan.

Belum lama ini, sebuah organisasi yang berbasis di Bahrain berupaya melestarikan tradisi pembuatan sabun yang dulu sangat populer di kalangan masyarakat Aleppo, Suriah Utara. Sabun Aleppo sendiri dianggap oleh banyak kalangan sebagai sabun pertama yang pernah dibuat dalam sejarah peradaban manusia.

Selama berabad-abad, formula sabun Aleppo digunakan oleh masyarakat di seluruh dunia bukan hanya karena khasiatnya untuk perawatan kulit, tetapi juga disebabkan aromanya yang memikat. Bahkan beberapa ikon kecantikan pada zaman kuno, seperti Cleopatra dari Mesir, dan Ratu Zenobia dari Suriah, secara luas diyakini sebagai pengguna setia sabun alami tersebut.

Dan untungnya, saat ini sudah banyak merek produk kecantikan yang mulai menyadari akan manfaat dari sabun Aleppo. Mereka pun mencoba melestarikan resep kuno sabun yang terbuat dari minyak zaitun, minyak salam (atau juga disebut minyak laurel—Red), dan alkali itu.

“Setiap hari, saya terinspirasi untuk melestarikan resep kecantikan sabun Aleppo ini. Meskipun saya adalah orang Bahrain, saya menganggap seluruh tradisi yang ada di wilayah Timur Tengah sebagai bagian dari budaya saya juga,” ujar pendiri merek kecantikan organik Greenbar Inc, Reem al-Khalifa, kepada Alarabiyah.

Perempuan itu mengungkapkan, selama ini dia telah terbiasa berlangganan sabun Aleppo. Selama bertahun-tahun, Khalifa tidak pernah menghadapi kendala setiap kali hendak membeli produk itu dari negeri asalnya langsung. Namun, sejak konflik berkecamuk di Suriah pada Maret 2011, dia tidak bisa lagi memperoleh sabun dengan kualitas yang sama.

“Saya merasa sedih sekaligus khawatir jika nanti tidak ada lagi yang mampu melestarikan budaya pembuatan sabun yang sudah berlangsung secara turun-temurun itu,” tuturnya.

Khalifa mengatakan, kondisi itu lantas mendorongnya untuk membuat sabun Aleppo versinya sendiri. Dia menambahkan minyak salam dan minyak-minyak esensial lain ke dalam resepnya, sehingga sabun buatannya bisa menghasilkan aroma yang lebih kuat.

Khalifa menjelaskan, sabun organik yang sesungguhnya tidak mengandung pewarna, pengawet, atau bahan-bahan pengisi murahan lainnya. Sabun seperti inilah yang banyak digunakan pada wajah, karena dikenal ramah untuk kulit sensitif. Sabun organik ini dapat pula digunakan pada tubuh dan rambut.

Salah satu komposisi yang tidak kalah pentingnya dalam pembuatan sabun Aleppo, yaitu minyak zaitun, diyakini mampu mengembalikan keseimbangan alami kulit. Sementara, minyak salam berfungsi sebagai antibakteri dan antijamur.

“Daun salam selama ini sering digunakan dalam memasak. Tapi daun ini juga bisa dimanfaatkan sebagai bahan perawatan kulit. Jadi, saya juga masukkan bahan yang satu ini ke dalam resep sabun saya,” ucapnya.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement