REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tantowi Yahya mencoba menuangkan kegelisahannya terhadap kebhinekaan Indonesia melalui proyek Satu Indonesiaku. Dengan melibatkan 30 musisi dan menggabungkan empat lagu nasional, proyek tersebut menjadi gerakan moral untuk keprihatinan dinamika bangsa.
Proyek tidak biasa ini merupakan inisiasi dari Tantowi dengan bantuan ketiga rekannya yang lain, Gumilang Ramadhan, Erwin Gutawa dan Toni Sianipar. Berkat keterlibatan Persatuan Artis Penyanyi, Pencipta Lagu dan Pemusik Republik Indonesia (PAPPRI) dan Asosiasi Industri Rekaman Indonesia (ASIRI) ide tersebut bisa dikeroyok bersama-sama dengan melibatkan 30 musisi Indonesia yang memiliki keberagaman genre musik, generasi dan etnis yang ada di Indonesia.
Ketua Umum PAPPRI ini ini menyatakan jika Satu Indonesiaku dikerjakan dengan tujuan untuk memberikan kontribusi yang positif bagi kesatuan Indonesia. Apalagi lagu dinilai menjadi satu media penular pesan kedamaian dan persatuan ke masyarakat luas.
Selain melibatkan pelbagai musisi, baik penyanyi atau pun band, memilih empat lagu nasional yang digubah menjadi satu lagu merupakan ide untuk menunjukkan pesan kesatuan yang ingin disampaikan.
Empat lagu nasional yang dipilih "Rayuan Pulau Kelapa" cipatan Ismail Marzuki, "Kolam Susu" cipatan Yok Koeswoyo, "Zamrud Khatulistiwa" ciptaan Guruh Soekarnoputra, dan "Pemuda" ciptaan Candra Darusman dapat menunjukan pesan yang disampikan. Keempat lagu tersebut diaransemen ulang oleh Erwin Gutawa menjadi komposisi baru.
"Ajakan untuk mengagumi kecantikan dan keelokan negeri, ajakan untuk menjaga persatuan dan kebhinekaan, dan ini dibutuhkan lebih dari satu lagu," kata Tantowi menjelaskan pemilihan empat lagu tersebut pada Republika.co.id, Rabu (21/12).
Tantowi berharap lagu yang sudah disumbangkan dari pelbagai usaha banyak pihak itu dapat menjadi sebuah bentuk baru yang dapat diterima masyarakat sebagai sebuah pesan kedamaian dan persatuan. Nantinya lagu tersebut akan menimbulkan semangat kebhinekaan dalam jiwa setiap anak bangsa.