Rabu 21 Dec 2016 16:18 WIB

Rano Karno Tegaskan Filmnya tak Bermuatan Politis

Rep: Dwina Agustin/ Red: Indira Rezkisari
Konferensi pers The Last Barongsai, Rabu (21/12).
Foto: Republika/Dwina A
Konferensi pers The Last Barongsai, Rabu (21/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mengangkat kisah etnis Tionghoa dalam film The Last Barongsai bukan dimaksudkan untuk mencari ajang polemik dan sensasi. Sutradara Ario Rubbik menyatakan jika penetapan tanggal rilis tidak ada unsur politik.

"Ini sudah sejak lama persiapan, penetapan tanggal memang mengambil momen Imlek saja," kata Ario Rubbik, sutradara The Last Barongsai, Rabu (21/12).

Ario mengaku memang pasti ada konsekuensi yang akan mengaitkan film arahannya pada kondisi politik di ibu kota sebb penetapan tanggal tayang yang cukup dekat. Hanya dia tidak memusingkan itu sebab filmnya memang tidak mengarah pada permasalah pemilihan umum yang akan terjadi pada suatu daerah.

Bahkan, Ario mengatakan, tim produksinya pun sempat menimbang ulang untuk penggeseran tanggal tayang yang sudah ditetapkan pada 26 Januari 2017. Namun, dia mencoba kembali pada misi yang ingin diangkat lebih kepada pemahaman untuk melestarikan budaya yang ada di Indonesia, sehingga tanggal tersebut pun tidak berubah.

Pengakuan serupa pun diutarakan oleh produser eksekutif Rano Karno yang meyakini jika filmnya memang untuk emngangkat sebuah kebudayaan dalam bidang seni. Prosesnya pun berjalan cukup lama, bukan sesuatu yang mendadak terpikiran baru-baru ini.

"Ini memang murni budaya dan seni, dan ini merupakan potret yang saya tangkap," kata Rano.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement