Rabu 21 Dec 2016 15:53 WIB

The Last Barongsai Tercetus Dari Keprihatinan Rano Karno

Rep: Dwina Agustin/ Red: Indira Rezkisari
Rano Karno (tengah) bersama pemain The Last Barongsai.
Foto: Republika/Dwina Agustin
Rano Karno (tengah) bersama pemain The Last Barongsai.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rano Karno kembali menunjukkan diri di dunia perfilman. Bukan sebagai pemain utama, hanya saja menjadi pengagas ide cerita yang diangkat dalam The Last Barongsai.

Film yang mengangkat kebudayaan Tionghoa ini semata-mata merupakan refleksi aktor senior Indonesia ini terhadap kebudayaan yang ada di Indonesia. Dia melihat nasib barongsai tidak jauh berbeda dengan kebudayaan Betawi yang juga hampir ditinggalkan peminat.

Apalagi, kebudayaan Tionghoa Benteng yang salah satunya terdapat di Tangerang merupakan wilayah yang menjadi tanggung jawabnya. Sehingga, tidak dipungkiri, film yang akan tayang 26 Januari 2017 merupakan hasil dari perjalanan kepemimpinannya.

"Ini obsesi saya pas saya jalan jadi wakil, saya larinya memberikan ide yang ditulis teman saya Mas Pere buat jadiin novel dan sekarang jadi film," ujar Produser Eksekutif The Last Barongsai, Rano Karno, Rabu (21/12).

Awalnya konsep terbentuk sejak tahun 2008. Ketika itu diwujudkan dalam sebuah novel dengan judul yang sama. Meski jalan cerita tidak sama persis, Rano menyatakan pengarapan film ini memiliki makna yang sama.

Aktor yang dikenal dengan peran Si Doel ini menyatakan jika dia memang ingin menekankan kebudayaan dan seni. Ide ini merupakan sebuah kekhawatiran pribadi tentang semakin tergerusnya sebuah kesenian, sehingga perlu ada langkah nyata untuk menjaga dan melestarikannya.

Meski konsep sudah dituangkan begitu lama, Rano mengaku penggarapan menjadi film membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Alasannya dia tidak ingin main-main sebab ingin menghasilkan yang terbaik pada karya-karya yang dikeluarkan oleh Karnos Film.

 

Upload New

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement