REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Keseruan film laga "Headshot" yang digambarkan melalui ulasan-ulasan sejumlah situs film luar negeri akhirnya terbukti. Dalam penayangan terbatas film produksi Screenplay Infinite Films tersebut kemarin, awak media yang hadir dibuat terkagum. Tepuk tangan membahana di seisi ruangan studio saat film yang dibintangi Iko Uwais dan Chelsea Islan ini berakhir.
Duo sutradara Headshot, Kimo Stamboel dan Timo Tjahjanto menyambut baik apresiasi yang diberikan. Terlebih proses penggarapan film ini dikatakan keduanya tidaklah mudah.
“Ini membuat saya mau membuat film lebih bagus lagi. Kita sebagai negara yang besar dan berdaulat ini sudah saatnya dikenal diluar Asia. Film Indonesia bisa konsisten, bagus. Bikin film enggak usah banyak yang penting bagus dan ambisius,” ujar Timo Tjahjanto saat konferensi pers di Jakarta, Kamis (1/12).
Ia mengatakan, untuk syuting adegan laga dalam film ini memang membutuhkan perhitungan dari sisi tempat yang disesuaikan dengan lokasi. Tantangan lainnya adalah bagaimana bisa membedakan film "Headshot" dengan film Iko sebelumnya, "The Raid".
“Kita punya seorang jawaranya The Raid, bagaimana caranya masukan dia kedunia baru. Saya juga enggak paham martial art. Kalau tendangan dari sini kurang maksimum, impact-nya begini, yang paling ngilu menyakitkan dan berdarah gimana, nah Iko yang paham,” jelasnya.
Sementara Kimo menambahkan, melalui film ini keduanya banyak mendapat pelajaran tentang film dan adegan laga.
“Saya dan Timo banyak belajar. Mudah-mudahan terhibur. Film-film kita sebelumnya tidak kaya begini. Saya juga hanya bisa berharap film ini suskes dan memberikan hawa baru untuk film Indonesia,” ujar Kimo.