REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para perajin tenun songket di Kabupaten Lombok Tengah bersiap merambah ke bisnis fashion untuk menjawab perkembangan pasar serta memberi nilai tambah atas produk yang dibuatnya. Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) telah membina dan mendampingi para perajin selama tiga bulan sejak September hingga November.
Deputi Infrastruktur Bekraf Hari Sungkari mengatakan belakangan ini banyak wisatawan memilih Lombok Tengah sebagai tujuan wisata. Sehingga pasar untuk produk-produk kreatif dari perajin lokal sangat terbuka lebar. Salah satunya adalah tenun songket.
Sebagai sentra tenun songket, Lombok Tengah harus mampu menangkap peluang yang ada. “Tak hanya kain tenun, para perajin harus bisa membuat baju. Jika para perajin bisa mendesain dan memproduksi baju dari kain tenun, prospek bisnis kain tenun akan semakin meningkat,” ujarnya dalam penutupan workshop untuk para perajin tenun songket, Kamis (17/11).
Workshop diikuti oleh 50 perajin tenun songket yang berasal dari Dusun Matek Maling, Desa Ganti, Dusun Wadek, dan Desa Ternak Rarang. Materi yang diajarkan meliputi pembuatan motif baru, pewarnaan alami, hingga membuat desain baju dengan bahan kain tenun.
Selama ini, para perajin hanya bisa membuat motif-motif klasik pada kain tenunnya dan tidak ada keberanian untuk melakukan inovasi. Selain itu, tenun songket yang dibuat para perajin hanya berakhir sebagai lembaran kain sarung dan tidak dikembangkan menjadi produk yang memiliki nilai tambah, seperti baju, dan sebagainya.
Perajin mengaku senang dengan kegiatan workshop yang digelar selama tiga bulan ini. Selain mendapatkan pemahaman membuat motif dan desain, pelatihan ini juga bisa menggali khasanah lokal yang selama ini terpinggirkan, yakni pewarnaan alam untuk kain tenun. Peserta berharap agar Bekraf bisa melanjutkan programnya untuk membina para perajin tenun songket.
Direktur Fasilitasi Infrastruktur Fisik Bekraf Selliane Halia Isha gembira dengan perkembangan yang telah dicapai oleh perajin tenun setelah mengikuti workshop. Hal itu terbukti dari banyak motif yang telah dibuat oleh para peserta di akhir pelatihan. “Saya bangga dengan ibu-ibu yang telah mengikuti pelatihan di sini. Diharapkan nanti bisa mengembangkan ke fashion seperti membuat baju, celana, rompi, yang terbuat dari tenun songket. Nanti para perajin akan terus dibina,” kata Selliane.
Pelatihan dan pendampingan para perajin tenun songket ini dilakukan dalam rangka pembentukan Ekosistem Desa Kreatif. Hal ini dimaksudkan untuk mengenali potensi unggulan dari sebuah wilayah dengan berupaya untuk mengetahui empat rantai nilai ekonomi kreatif, serta empat pihak yang terlibat yakni akademisi, bisnis, komunitas dan pemerintah.