REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Meningkatnya jumlah wisatawan Muslim, restoran, hotel, bahkan gerai-gerai karoke di Jepang tak mau melewatkan peluang. Mereka berlomba menyajikan makanan ramah Muslim dan tempat shalat.
Restoran Nikkoken di Kota Sano sudah menyajikan menu ramah Muslim sejak tahun 2000. Salah satunya ramen yang mereka sajikan yang kuahnya terbuat dari kaldu ayam dan tempe atau sayuran sebagai pengganti isian pangsit.
Menu ramah Muslim ini muncul ketika sang pemilik restoran, Dainari Goka, menerima seorang penabuh drum asal Guine yang sedang berkunjung ke Nikkoken. Pria dari Guinea itu menanyakan apa Nikkoken punya menu yang bisa disantap Muslim. ''Saat itu saya mulai tertarik menyajikan sesuatu bagi pelanggan dari kultur dan agama yang berbeda,'' ungkap Goka seperti dikutip The Strait Times, Senin (14/11).
Nikkoken sekarang menawarkan menu bagi pelanggan Muslim. Makanan bagi konsumen Muslim ia buat menggunakan peralatan masak berbeda dan disajikan di peralatan makan berbeda pula.
Dalam setahun, Goka bisa melayani sekitar 1.000 konsumen Muslim dari berbagai negara seperti Indonesia, Pakistan, dan Arab Saudi. Nikkoken bahkan merelakan salah satu dinding untuk jadi tempat menuangkan aneka testimoni bagi para konsumen Muslim mereka.
Nikkoken adalah satu dari beberapa bisnis yang Goka pegang selain hotel dan gerai-gerai karoke di Jepang. Goka berupaya menangkap peluang dengan terus meningkatnya jumlah wisatawan Muslim yang berkunjung ke Jepang.
Sementara itu, Sekai Cafe di Asakusa juga sudah menerima konsumen Muslim sejak 2014. Manajer Sekai Cafe, Noritaka Shibayama mengatakan manajemen berkomunikasi dengan konsumen saat mereka membuat menu. Mereka juga menggelar sajadah di salah satu sudut di kafe.
Jaringan karoke Manekineko juga melakukan hal serupa. Mereka menyediakan sajadah di 400 gerai karoke mereka di seluruh Jepang termasuk gerai Yotsuya-sanchome di Shinjuku.
Tim Promosi dan Penjualan di Manekineko, Daiki Yamatani, mengatakan gerai Yotsuya merupakan karoke pertama yang menawarkan menu halal. Manekineko bekerja sama dengan seorang koki Bangladesh untuk membuat menu bagi konsumen Muslim dan menggelar acara bulanan untuk menarik pengunjung Muslim.
Meski begitu, manajemen Manekineko sempat skeptis dengan segara rencana berkaitan dengan konsumen Muslim. ''Ada kekhawatiran karena isu terorisme,'' kata Yamatani.
Kekhawatiran itu mencuat pasca tewasnya dua warga Jepang oleh ISIS. Namun hal itu bisa diatasi dengan kesadaran dan keingintahuan akan Islam seiring meningkatnya jumlah Muslim yang berkunjung ke Jepang.
Diperkirakan ada sekitar 100 ribu Muslim yang menetap di Jepang. Sementara Pemerintah Jepang mengharapkan wisatawan Muslim bisa mencapai satu orang pada 2020 saat Tokyo menjadi tuan rumah Olimpiade.
Organisasi Pariwisata Nasional Jepang (JNTO) mengindikasikan peningkatan kunjungan wisatawan Muslim ke Jepang. Dalam sembilan bulan pertama 2016 ini saja, ada 249.800 wisatawan Muslim dari Malaysia, jumlah itu meningkat 33,4 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Pun wisatawan dari Indonesia yang jumlahnya meningkat 27,7 persen menjadi 184.900 untuk periode yang sama.
Hotel ramah Muslim, Syariah Hotel Fujisan, yang berada di dekat Danau Kawaguchi di kaki Gunung Fuji, sudah mulai beroperasi pada Juli lalu. Hotel ini dilengkapi mushala dan makanan halal. Sejak Juni lalu, Japan Airlines juga sudah menyediakan menu makanan halal.
Sejumlah perguruan tinggi seperti Kobe University dan Nagoya University juga menyediakan menu makanan ramah Muslim. Peta yang berisi lokasi aneka tempat yang ramah Muslim di Sapporo, Kyoto, Osaka, dan Tokyo juga sudah ada.