REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Grup musik rock Green Day meyakini bahwa protes atas presiden AS terpilih Donald Trump akan semakin besar seiring berjalannya waktu. Green Day sendiri menyatakan dukungan penuhnya terhadap aksi protes anti Trump yang diselenggarakan para pendemo mulai dari New York hingga San Francisco.
"Saya pikir tidak ada di antara kita yang siap menerima Donald Trump sebagai presiden," ujar vokalis Green Day, Billie Joe, seperti dilansir BBC.
Hingga saat ini, Joe mengaku berita kemenangan Trump masih sangat memengaruhinya. Namun di sisi lain, Joe juga menolak untuk mengkritisi para penggemar Green Day yang mungkin memberikan suara kepada Trump.
Selama masa kampanye, Trump identik dengan berbagai pernyataan yang mendeskreditkan kaum minoritas seperti orang berkulit hitam, imigran hingga Muslim. Oleh karena itu, Joe merasakan simpati pada kelompok-kelompok minoritas yang merasa termarjinalisasi atas terpilihnya Trump sebagai presiden AS dan mengatakan ingin berjuang bersama dengan kelompok minoritas ini.
"Mereka adalah orang-orang yang saya inginkan bersama saya saat melakukan protes," terang Joe.
Sebagai bentuk dukungan, Joe juga memastikan bahwa konser Green Day terbuka bagi semua orang tanpa terkecuali. Joe juga mengatakan konser Green Day merupakan rumah yang aman bagi siapapun yang merasa termarjinalisasi.
Bukan kali ini saja Green Day bersikap vokal terhadap situasi politik di AS. Sebelumnya, Green Day juga pernah muncul dengan album American Idiot yang menunjukkan kemarahan Green Day terhadap perang di Irak dan juga terhadap Presiden George W Bush.
Album terbaru mereka pun, Revolution Radio, juga menyinggung penembakan massal Amerika dan juga gerakan Black Lives Matter. Meski begitu, Joe mengatakan ia belum bisa kembali menulis sejak pilpres AS. "Sangat sulit untuk tertawa ketika kamu merasa takut," ujar Joe.