Selasa 01 Nov 2016 20:35 WIB

Menpar: Tinggal 6 Hari Lagi, Vote Indonesia!

Menpar Arief Yahya
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Menpar Arief Yahya

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anda sudah memberikan vote untuk Indonesia di World Halal Tourism Award 2016 belum? Sudah meng-klik http://bit.ly/VOTEindonesia belum? Sudah memilih 12 nominator asal Indonesia belum?

Sebagai warga negara Indonenia, tak ada salahnya meluangkan waktu sejenak, mungkin hanya lima menit saja untuk berpartisipasi demi mendukung Indonesi agar bisa memenangkan kompetisi halal tourism di Abu Dhabi, Uni Emirate Arab (UEA). Cukup melalui voting dari 24 Oktober hingga 6 November 2016. Selanjutnya, dilakukan final tahap ke-2 pada 7 hingga 24 November 2016.

 

“Waktunya tinggal enam hari lagi. Yuk, nge-vote Indonesia. Pastikan kita sapu bersih di semua kategori yang kita masuk. Satu suara Anda sangat bermakna buat perkembangan wisata halal di Tanah Air,” kata Menteri Pariwisata RI, Arief Yahya dalam siaran pernya di Jakarta, Selasa (1/11).

Status juara dunia wisata halal itu penting buat Lombok, NTB, Nangroe Aceh Darussalam, dan Sumatra Barat. Arief mengatakan ketiga kawasan itu memang sedang di setting untuk menjaring wisatawan mancanegara asal Timur Tengah yang memiliki spending paling tinggi dan lama tinggal paling lama. “Jumlah outbound Timur Tengah juga sekitar 120 juta wisman setiap tahunnya. Dan di Kawasan Asia Tenggara, yang terbesar justru di Thailand dan disusul Malaysia,” kata Arief.

Padahal, dia mengatakan, penduduk Thailand tidak mayoritas Muslim. Sedangkan Indonesia dan Malaysia lebih banyak komunitas Muslimnya. Arief mengatakan halal tourism itu tidak terkait langsung dengan agama, tetapi lebih ke pelayanan. "Thailand itu tidak banyak Muslim, tetapi mereka menerapkan standar pelayanan internasional yang bagus dan nyaman, sehingga wisman dari Timur Tengah pun merasa nyaman,” kata Arief.

Karena itu, dia mengatakan bagi bangsa Indonesia, modal yang lebih kuat sudah dimiliki. Penduduk Muslem yang banyak, tempat ibadah masjid ada di mana-mana, juga makanan yang dianggap paling sensitive, sudah hampir dipastikan 100 persen halal. Terutama di tiga lokasi yakni Lombok, Sumbar dan Aceh.

"Tidak perlu diragukan. Proses memasaknya juga sudah 100 persen halal. Kita punya modal besar untuk juara. Tinggal ke depan, harus disertifikasi halal, agar mereka yakin secara formal dan informal akan status halal itu,” ungkapnya.

Arief menjelaskan, sertifikasi halal itu penting, meskipun orang Indonesia sudah tahu sama tahu, bahwa semua masakannya juga berasal dari bahan yang halal. Menurut dia, tidak ada orang yang berani ambil risiko mengonsumsi sesuatu yang tidak halal.

“Tetapi buat penduduk dunia, status halal oleh lembaga yang berhak dan terpercaya mengeluarkan sertifikat halal itu sangat penting. Dan yang paling penting adalah layanan yang terbaik, bersih, sehat, nyaman, ramah, dan hospitality-nya bagus. Itulah yang membuat orang datang lagi, selain faktor alam dan budaya,” jelas Arief Yahya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement