REPUBLIKA.CO.ID, PEKALONGAN -- Selembar kain batik Dewa Ruci milik seniman batik Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, Sapuan, ditawar oleh kolektor senilai Rp 250 juta. Pemilik batik Dewa Ruci, Sapuan, di Pekalongan, Rabu (5/10) mengatakan bahwa masalah batik tidak akan lepas bicara proses dan bukan sekadar menyoal printing.
Ia menjelaskan ada batik yang penggarapannya halus dengan mengedepankan seni dan roh penjiwaan dalam membuatnya. Hal itu, katanya, menaikkan gengsi suatu produk batik.
Oleh karena itu, ia mengaku tidak heran jika selembar kain batik bertema Dewa Ruci miliknya tersebut pernah ditawar kolektor seharga Rp 250 juta. "Akan tetapi, karena saat itu untuk mengisi materi pameran di Istana Negara sehingga waktu itu belum saya lepas," katanya.
Bupati Batang Asif Kholbihi mengatakan bahwa harga batik yang fantatis, antara lain karena latar sejarah batik yang panjang hingga menjadi budaya di Kabupaten Pekalongan dan corak penggarapan. Proses pembuatan batik yang membutuhkan waktu panjang dengan penggarapan yang halus, ketelitian yang tinggi, hingga pesan yang terkandung di dalam karya seni batik, kata dia, membuat kerajinan itu makin diminati oleh para kolektor dan masyarakat umum.
Ia menyebut wajar terhadap harga batik yang bisa fantatis tersebut. "Proses pembuatan kain batik yang butuh waktu panjang dengan penggarapan yang halus, ketelitian yang tinggi hingga pesan yang terkandung di dalam karya seni batik tersebut maka masyarakat akan mengenalnya," katanya.