REPUBLIKA.CO.ID, Beberapa dompet dan tas nampak berjejer ditampilkan di salah satu stan Sampoerna Expo 2016 di Pasuruan, Jawa Timur. Secara sepintas, tas dan dompet yang dipamerkan di terik siang pada Ahad (2/10) ini seperti kulit buatan pada umumnya. Namun ternyata perkiraan itu tidak tepat, tas dan dompet tersebut justru terbuat dari sak semen yang selama ini dikenal umum masyarakat.
Spesialis Komunikasi STARTIC (Artistic Eco Fashion), Niniek menerangkan, pembuatan tas dan dompet dari sak semen ini bermula dari kepedulian pendiri STARTIC, Vania Santoso terhadap lingkungan. “Kita tahu kalau dulu hingga saat ini Indonesia sedang terus menggembor-gemborkan pembangunan. Dari situ, kita juga sering melihat sampah-sampah sisa seperti sak semen,” ungkap Niniek saat ditemui Republika.co.id di stannya pada acara Sampoerna Expo 2016, Pasuruan, Jawa Timur, Ahad (3/10). Melihat kondisi demikian, Vania pun terbesit untuk memanfaatkannya dengan sejumlah eksperimen.
Setelah melakukan berbagai eksperimen, muncullah ide untuk membuat tas dan dompet berbahan sak semen. Niniek menjelaskan, tahap awal proses pembuatannya dengan membersihkan sak semen terlebih dahulu. Tahap selanjutnya, yakni pewarnaan dengan menggunakan bahan alami, seperti kulit manggis, bunga sepatu dan daun jati yang mudah diekstraksi menjadi pewarna. Kemudian tak lupa juga untuk menjemurnya dengan tidak di bawah cahaya matahari langsung.
Sak semen yang telah dijemur lalu dibentuk seperti halnya membuat baju maupun sepatu. Pembuatannya ini melibatkan 11 orang, yakni lima pengrajin dan enam tim khusus Vania.Tas maupun dompet yang telah dibentuk ini nantinya tidak murni berbahan semen. Pihaknya terkadang memadukan dengan kain batik, kulit buatan bahkan kulit sapi bermotif kulit buaya. Hal ini dilakukan agar hasil yang didapatkan bisa terlihat lebih berkualitas.
Proses pembuatannya sendiri, dia melanjutkan, beragam waktunya. Untuk dompet, STARTIC biasa menghasilkan tiga sampai lima dalam sehari. Sementara satu tas dapat diproduksi sekitar dua sampai tiga hari dengan menyesuaikan bahan yang dipadukan.
Menurut Niniek, produk yang dihasilkannya tidak sekedar unik mengingat menggunakan sak semen. Akan tetapi, produk-produknya ini juga berkualitas, yakni tahan air, tahan pudar dan tidak mudah sobek. Terlebih lagi, pihaknya menambahkan formula getah damar pada tahap pelapisan akhir yang ramah lingkungan.
Niniek menambahkan, harga yang ditawarkan pihaknya juga relatif murah. Kisarannya antara Rp 50 ribu hingga Rp 700 ribu untuk kedua produk. Produk termahal sendiri ada pada tas semen yang dipadukan dengan kulit sapi bermotif kulit buaya. “Untuk omzetnya sendiri sebesar Rp 30 sampai 40 juta per bulan dengan modal awal dahulu sebanyak Rp 20 juta,” kata dia.