REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bila wisatawan berkunjung ke kota Koln/Cologne di Jerman, pastinya mereka akan singgah di pusat keramaian kota tersebut yang ditandai dengan berdirinya katedral menjulang tinggi bergaya gotik. Hal itu pun dilakukan oleh rombongan West European Muslim Educational Trip (WEMET) Indonesian Islamic Travel Communication Forum (IITCF) yang melakukan perjalanan wisata dan edukasi ke Eropa Barat pada 28 Juli hingga 10 Agustus 2016 lalu.
Rombongan WEMET Batch II itu mampir di pusat belanja oleh-oleh kota Koln, dekat Katedral tadi. "Di antara deretan toko-toko souvenir yang ada, kami menjumpai seorang Muslim keturunan Afghanistan bernama Haschemi. Ia imigran yang sudah menetap lebih dari 20 tahun di Jerman. Haschemi memiliki toko souvenir bernama Koln Souvenir," kata Chairman Indonesian Islamic Travel Communication Forum (IITCF) Priyadi Abadi kepada Republika, Rabu (31/8/2016).
Priyadi menambahkan, Haschemi sangat ramah menyambut para pembeli souvenir di tokonya. "Terlebih setelah mengetahui bahwa kami adalah rombongan wisatawan Muslim dari Indonesia," ujar Priyadi yang juga Chief Executive Officer (CEO) Adinda Azzahra Travel.
Haschemi, kata Priyadi, menuturkan beratnya hidup di Jerman dengan persaingan dan pajak yang tinggi membuat ia sangat tertekan. "Ia mengatakan mungkin tahun depan akan pindah ke tempat yang harga sewanya lebih murah. Kami para rombongan tidak kuasa menahan haru mendengarkan penuturan Haschemi," tutur Priyadi.
Ingat kota Cologne, pasti ingat 4711 tisu basah yang pernah sangat populer di indonesia di era 70-80-an. "Bagi kita yang pernah berkunjung ke pusat oleh-oleh di Koln, tentunya akan selalu teringat saudara kita Haschemi. Semoga Allah senantiasa melapangkan rezekinya," papar Priyadi.
Apalagi, kata Priyadi, Haschemi mengizinkan para tamunya yang Muslim, khususnya rombongan IITCF menumpang shalat di tokonya. "Tidak mudah mencari tempat shalat di Eropa, termasuk di Jerman. Sungguh berarti kalau kita mendapatkan toko yang mengizinkan pengunjungnya melaksanakan shalat di toko tersebut," ujar Priyadi Abadi.