REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pameran wastra batik Wasiat Agung Negeri Nusantara (Warisan) 2016 menjadi ajang melestarikan ageman alias busana Nusantara. Hal itu disampaikan oleh salah satu peserta pameran, Nunuk Setiawati Susanto, yang memiliki gerai Parang Barong Setiawati dan Putri Pare Setiawati.
"Ini adalah upaya untuk menemukan keberagaman dalam khasanah kebudayaan kita sehingga bisa memaknai citra keluhuran Nusantara melalui banyak cara," ujar Nunuk di Jakarta Convention Center, Kamis (25/8).
Sejak 2007 lalu, Nunuk telah mengkhususkan diri mengusung batik bermotif parang barong serta melestarikan busana kebaya masa lampau. Dia mengatakan hal itu berangkat dari keprihatinan melihat generasi muda yang belum banyak mengenal busana khas Nusantara.
Nunuk memiliki cita-cita untuk membumikan dan melestarikan busana khas Nusantara yang merupakan warisan budaya penuh nilai itu. Menurutnya, partisipasi di pameran Warisan 2016 bisa menjadi salah satu cara untuk mewujudkan hal tersebut.
Ia menjelaskan, parang barong adalah motif batik yang kerap dipakai keluarganya secara turun-temurun. Motif tersebut memiliki makna pengendalian diri dalam dinamika usaha yang terus-menerus, kebijaksanaan dalam gerak, dan kehati-hatian dalam bertindak.
Sementara, warna dan model kebaya Putri Pare Setiawati yang diusungnya merepresentasikan Hasta Brata atau 10 nasihat pitutur luhur yang digubah oleh Sunan Kalijaga. Nunuk menyebutkan, simbol tersebut merupakan manifestasi pembentukan karakter dari pengguna busana kebaya itu sendiri.
"Ageman atau busana adalah cermin alam jiwa, alam perasaan, dan alam pikir sang pemakai. Bukan hanya citra luar tetapi juga memancarkan karakter sang pemakai serta menyimpan makna visual yang menceritakan sebuah zaman," tutur Nunuk.