Ahad 21 Aug 2016 17:36 WIB

Mereka yang Kecipratan Rezeki dari Jazz Gunung Bromo

Rep: christiyaningsih/ Red: Ani Nursalikah
Kelompok Perkusi Kramat Madura dalam Jazz Gunung di Java Banana Bromo Sukapura, Probolinggo, Jawa Timur.
Foto: Antara
Kelompok Perkusi Kramat Madura dalam Jazz Gunung di Java Banana Bromo Sukapura, Probolinggo, Jawa Timur.

REPUBLIKA.CO.ID, PROBOLINGGO -- Rangkaian Jazz Gunung Bromo 2016 baru saja seleaai digelar akhir pekan ini. Selama Jumat dan Sabtu (19-20/8) ribuan penonton berduyun-duyun menuju Jiwa Jawa Resort yang terletak di kaki Gunung Bromo. Demi menyaksikan konser Jazz di alam terbuka ini, mereka rela menempuh perjalanan jauh dan merogoh kocek cukup dalam.

Kesuksesan ajang tahunan ini bukan hanya menjadi kepuasan trio penggagas Jazz Gunung: Sigit Pramono, Butet Kertaredjasa, dan Djaduk Ferianto. Jazz Gunung Bromo juga memberikan manfaat bagi masyarakat setempat. Kamar hotel dan homestay habis dipesan.

Sekitar 4.000 pengunjung yang datang untuk dua hari acara Jazz Gunung berkontribusi meningkatkan transaksi penginapan, kuliner, dan transportasi di kawasan Bromo.

Menik, pemilik warung makan Semeru di Dusun Wanasari mengaku memperoleh pesanan ratusan nasi kotak untuk konsumsi panitia dan wartawan. Warung makannya tutup selama dua hari karena harus melayani 350 nasi kotak setiap harinya. Baru pada Ahad (21/8) pagi warungnya kembali buka.

"Kalau kemarin warung tidak ditutup bisa makin kewalahan kami memasak," kata Menik saat berbincang dengan Republika.co.id, Ahad (21/8).

Untuk satu kotak nasi beserta lauk ia menjual seharga Rp 25-30 ribu tergantung jenis lauk yang diminta. Meski tak menyebut berapa keuntungan yang didapat, wanita paruh baya ini mengaku meraup keuntungan cukup tinggi dari digelarnya Jazz Gunung Bromo.

Cerita senada juga dialami Sudik, pemilik homestay di Dusun Wanasari dan Cemorolawang. Seluruh kamar yang ia sewakan ludes dipesan penonton Jazz Gunung Bromo. Kamar yang bersih dan fasilitas air panas jadi keunggulan homestay miliknya.

Tamu pun tak ragu membayar Rp 300 ribu per malam untuk menginap di homestay Sudik. "Air di sini dingin seperti es jadi tamu suka kalau di penginapan ada pemanas air," jelasnya.

Ratusan mobil jeep dan ojek kuda tak ketinggalan diserbu pengunjung Jazz Gunung Bromo. Rugi rasanya jika sudah sampai ke kaki Bromo tapi tak menyempatkan diri bertandang ke kawah Bromo yang terkenal indah itu. Jeep dan kuda adalah transportasi yang memungkinkan masyarakat mencapai kawah Gunung Bromo.

Kepala Dinas Budaya dan Pariwisata Kabupaten Probolinggo, Anung Widiarto menyatakan dukungan diselenggarakannya Jazz Gunung Bromo. "Adanya Jazz Gunung ini membantu sekali pengembangan pariwisata di Probolinggo," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement