REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ide merupakan salah satu kunci sukses berbisnis. Sejumlah pilihan nama yang justru berbau pornografi lantas dipilih agar produk yang dijual lebih mencuat.
Bukan cuma ada Bihun Kekinian, makanan ringan berbahan bihun kering yang diberi gambar kemasan pakaian renang bikini dengan jargon remas aku. Masih ada Makaroni Ngehe hingga Makaroni Sange, singkatan dari sahabat ngemil.
YLKI sudah menegaskan makanan ringan Bikini tidak layak dikonsumsi karena kemasannya tidak edukatif. Logo halal di kemasan juga terbukti palsu.
Tapi bagaimana pandangan masyarakat terkait penggunaan kata-kata berbau pornografi? "Saya menanggapinya biasa saja, itu hak orang biar bisa menarik perhatian masyarakat. Jangan apa-apa dipermasalahkan. Semua tergantung yang menerimanya," kata Hanni Yuandri (21 tahun), karyawati, Senin (8/8).
Ia juga menambahkan, pelaku usaha sekadar mencari nama yang menarik supaya dagangannya laku. Baginya tidak cuma bihun Bikini yang memiliki nama tidak pantas. Agar adil harusnya pemerintah menindak seluruh pelaku usaha yang memasarkan produknya dengan nama yang dipandang tidak sesuai dengan azas kepatutan.
Mewakili Makaroni Ngehe, Nazmie (20), mengatakan nama produk makaroni itu dipilih justru bukan untuk sekadar menarik perhatian dengan namanya yang berbeda. "Itu tergantung orang menanggapinya, yang dicari kan sensasi produknya. Nama Ngehe berawal dari kisah hidup yang sial dan pahit. Jadi kata ngehe itu artinya sial, bukan porno," terang Nazmie, yang juga keponakan pemilik Makaroni Ngehe Ali Muharam.
Salah satu warga Ridwan Ibnu Hotami (23) mengaku sempat memiliki ide untuk membuat produk dengan nama yang berbau pornografi. Diakuinya nama yang berbeda akan menarik perhatian konsumen. Bahkan dibicarakan hingga akhirnya produk akan dibeli orang karena penasaran.