REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah tujuh tahun menyelenggarakan Jazz Gunung Bromo, untuk pertama kalinya Jazz Gunung Indonesia akan menggelar pertunjukan musik jazz di Ijen, Banyuwangi. Di antara banyaknya gunung di Indonesia, mengapa Ijen yang terpilih?
Selain memiliki pemandangan yang luar biasa, Founder Jazz Gunung Indonesia, Sigit Pramono, mengatakan Ijen Summer Jazz merupakan keinginan dari Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas. Semua berawal saat Anas yang menonton perhelatan Jazz Gunung Bromo pada Juli 2013 lalu.
"Tiga tahun lalu pertunjukan Jazz Gunung Bromo terpaksa dihentikan sementara karena gerimis. Lalu saya ajak Pak Anas ke galeri Jiwa Jawa. Beliau langsung meminta saya buat acara jazz di Banyuwangi," tutur Sigit, saat ditemui dalam acara konferensi pers Ijen Summer Jazz, di Rolling Stone Cafe, Jakarta Selatan, Kamis (22/7).
Seminggu setelah perbincangan tersebut, Sigit mengaku Anas langsung memberikan foto-foto keindahan alam Banyuwangi. Salah satunya Ijen. Dari kesungguhan sang bupatilah Sigit akhirnya memutuskan untuk membangun panggung terbuka di kaki Gunung Ijen.
"Kepala daerah lain juga banyak yang mau, tapi kemudian lupa. Ini saya menemukan orang yang kemauannya kuat seperti Pak Anas. Tapi saya bilang ini tidak bisa langsung besar," ungkapnya.
Meski demikian, Sigit mengemukakan, Ijen Summer Jazz tidak menggunakan dana Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyuwangi, melainkan seluruhnya didapat dari sponsor. Dukungan Pemkab cukup berupa ajakan dan pencatatan Ijen Summer Jazz di dalam kalender wisata Banyuwangi.
Untuk mengangkat budaya setempat, Ijen Summer Jazz juga akan menampilkan kesenian tradisional Banyuwangi, seperti Tarian Gandrung. Ia berharap, seperti di Bromo, Ijen Summer Jazz juga bisa sedikit membantu mengangkat perekonomian warga setempat.
(Baca Juga: Menikmati Jazz di Kaki Gunung? Hadiri Ijen Summer Jazz)