Rabu 06 Jul 2016 05:00 WIB

Kemenpar Bagi Trik Agar Wisatawan Timur Tengah Betah di Indonesia

 Wisatawan asal Timur Tengah berjalan mengelilingi tempat wisata Kota Tua, Jakarta Barat, Senin (10/8).
Foto: Antara/Rivan Awal Lingga
Wisatawan asal Timur Tengah berjalan mengelilingi tempat wisata Kota Tua, Jakarta Barat, Senin (10/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setiap  negara memiliki budaya berbeda. Pun dengan negara-negara yang dikenal memiliki penduduk mayoritas muslim.  Meskipun dikenal sebagai negara Muslim, negara-negara Timur Tengah juga memiliki budaya yang berbeda dengan Indonesia. Hal ini perlu trik sendiri. Sebab, wisatawan asal Timur Tengah umumnya berbelanja tiga kali lipat lebih banyak dibandingkan wisatawan negara lainnya.

Salah satu kultur yang berbeda terlihat dari aktivitas mereka yang dilakukan dalam waktu yang berbeda. Jika di Indonesia rata-rata orang melakukan kegiatan di siang hari, orang-orang Timur Tengah kerap beraktivitas di malam hari.

“Jadi tantangan untuk sebuah destinasi selain mereka punya produk halal, apa yang bisa dilakukan ketika malam hari. Kan tidak harus hal yang negatif,” ujar Asisten Deputi Pengembangan Pasar Eropa, Timur Tengah, Amerika dan Afrika Kementerian Pariwisata Nia Niscaya.

Menurut dia, perbedaan kultur tersebut dapat dicari solusinya. Misalnya, sebuah restoran beroperasi hingga malam atau pagi hari. Sehingga, wisatawan Timur Tengah yang terbiasa terbangun di malam hari tidak kesulitan menemukan tempat makan.

Menurut Nia, pengeluaran wisman Timur Tengah bisa tiga kali lipat dari pengeluaran wisman lainnya. Sehingga sangat disayangkan jika hal ini tidak dimanfaatkan dengan baik. Untuk mengatasi hal tersebut, berbagai pihak diharapkan memiliki kepekaan akan hal ini. Sehingga saling menguntungkan baik bagi pariwisata Indonesia maupun wisman itu sendiri.

“Selain destinasi, mereka suka belanja. Jadi toko bisa buka sampai jam berapa, restoran buka sampai jam berapa. Jadi harus siap, kalau tidak ya sayang,” tutup Nia.

Apa yang diungkapkan Nia di atas menunjukkan pentingnya menciptakan kenyamanan bagi para wisatawan manca negara (wisman), khususnya wisman Muslim yang merupakan bidikan utama pengembangan wisata halal di Indonesia. Untuk memenuhi ekspektasi wisman Muslim tersebut, Indonesia tak boleh berleha-leha dan menunda-nunda untuk melakukan pembenahan-pembenahan agar wisata halal Indonesia benar-benar menjadi pilihan bagi para wisman Muslim.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement