Senin 23 May 2016 07:01 WIB

'Melodi: Remember the Flavour', Romansa Soal Rasa dan Kenangan

Para pemain dan kru film Melodi: Remember the Flavour
Foto: ist
Para pemain dan kru film Melodi: Remember the Flavour

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Setiap orang tentu punya rasa akan kenangan yang pernah ada dalam diri. Hanya saja, apakah rasa dari kenangan itu akan selalu diingat atau justru ingin dilupakan, tentu kembali ke individu masing-masing.

Namun yang pasti, mengingat dari sebuah kenangan membuat kita ingin terus mengulangnya. Hal inilah yang coba dihadirkan rumah produksi Muara Prima Entertainment (MP Pro) yang bekerja sama dengan Limelight Pictures di film terbaru mereka berjudul "Melodi: Remember the Flavour".

Film yang menjadikan berbagai sudut kota Yogyakarta sebagai lokasi syuting ini mengangkat cerita tentang rasa, perjalanan pulang ke kota asal, persahabatan, mengejar mimpi, serta kenangan lama dan kisah yang masih dan mungkin akan berlanjut.

"Mungkin sering kita dengar bahwa cinta itu harus memilih, banyak sekali yang dihadapi anak muda. Entah itu impian atau takdir tentang cinta. Tapi dasarnya film ini tidak hanya tentang cinta, tapi drama realita sehari-hari," ujar Tarra Budiman, salah satu pemeran utama di film ini, kepada wartawan beberapa waktu lalu.

Dikisahkan, Dimas (Tarra Budiman) memiliki satu kedai es krim yang dikelola bersama ayahnya, Hendro (Ferry Salim) dan seorang pegawai yang eksentrik bernama Tanu (Ence Bagus).

Dimas mempunyai sahabat sejak SMP bernama Melodi (Sahira Anjani) yang bercita-cita menjadi penyanyi profesional serta hijrah ke Jakarta.

Suatu hari, Melodi yang sudah menapaki karier sebagai penyanyi, mesti pulang ke rumah ibunya, Citra (Djenar Maesa Ayu). Dalam perjalanan dengan kereta, ia bertemu dengan seorang perempuan muda cerdas dan cantik bernama Arnesti (Annisa Pagih).

Dari obrolan sepanjang jalan, membuat Melodi mengenang kisah kasihnya dengan Dimas.

"Karakter saya di film ini jauh sekali dari saya pribadi ataupun biasanya di TV. Disini dia orangnya sangat melihat realita yang ada. Dia mudah bergaul, tapi tetap dengan ideologi bahwa cinta sulit didapatkan," ujar Tarra.

Diakui Tarra, ia cukup kesulitan untuk mendalami peran di film ini. Sebab dalam kesehariannya Tarra adalah seorang yang pemimpi.

"Berpikir realita susah karena saya pada dasarnya orangnya adalah pemimpi. Untuk terima sebuah kenyataan memang sulit, mulut gampang bicara tapi hati yang merasakan," kata Tarra.

Film yang disutradari Dyan Sunu ini rencananya akan tayang bulan Agustus mendatang.

“Film ini menceritakan tentang rasa, pulang kampung dan kenangan. Bagaimana kita menyikapinya yang tentu berbeda-beda terhadap sebuah kenangan," ujar Sunu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement