REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Angka seratus ribu memang bukan angka luar biasa dibanding box office yang meraih jutaan penonton. Akan tetapi, khusus buat film "Pesantren Impian", pencapaian angka seratus ribu penonton merupakan prestasi yang patut diacungi jempol karena merupakan film yang menghadirkan genre baru.
Penulis novel sekaligus skenario "Pesantren Impian", Asma Nadia mengatakan, sebagian besar film maker di Indonesia masih percaya bahwa film bergenre horor atau thriller hanya akan sukses jika diberi bumbu buka-bukaan, pakaian minim, dan juga ada hantunya.
"Tapi film Pesantren Impian berhasil membuktikannya. Ada tiga misi yang terlekat pada film bergenre baru, thriller religi ini," kata Asma pada Republika.co.id, Jumat (18/3). (Ini Alasan Asma Nadia Angkat Kisah Thriller-Religi).
Asma menjelaskan, misi pertama, sebagai sebuah film thriler, film ini harus menegangkan, seru, dan juga memicu adrenalin selain juga menghibur. Untuk tugas ini, dari testimonial dinilai telah tercapai, yaitu seru, menegangkan, bikin penasaran, fantastis, serasa jadi detektif Conan, dan sebagainya.
Misi kedua adalah membuktikan bahwa film bergenre horror atau thriller bisa disajikan tanpa mengumbar aurat dan kemusyrikan. Untuk tujuan ini, film "Pesantren Impian" juga berhasil menaklukkannya.
"Itu terbukti dari keterangan Rico, pimpinan komunitas Pejuang Subuh, yang mengatakan film ini bersih tanpa mengumbar darah. Aktor dan Produser film Gandhi Fernando juga mengakui film Pesantren Impian sebagai trend setter untuk genre baru ini," kata Asma.