REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masyarakat diminta tidak melihat gerhana matahari secara langsung dengan mata telanjang, dibutuhkan alat bantu atau kacamata khusus yang dapat meredupkan cahaya matahari.
Untuk melihat gerhana matahari pun tidak harus membeli kacamata khusus, cukup menggunakan beberapa barang bekas pakai yang bisa dipakai.
Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Tomas Djamaluddin mengatakan, masyarakat harus berhati-hati melihat gerhana matahari secara langsung. Gunakan kacamata matahari yang bisa meredupkan 100.000 kali, kalau tidak ada beberapa barang yang bisa menjadi alternatif untuk melihat gerhana matahari.
"Bisa gunakan alat peredup lainnya. Misalnya, kacamata hitam pekat, isi disket, atau bagian hitam film rongent. Proteksi dengan kertas berlubang juga bisa dipakai. Cara tradisional dengan menggunakan pantulan air bisa digunakan karena air juga menyerap sebagian cahaya matahari," ujarnya kepada Republika.co.id, Senin (7/3).
Dalam percobaan yang ia lakukan pada Rabu pagi menggunakan bekas disket 5,25 inchi. Alat peredup cahaya semacam isi disket ternyata, bisa dipakai sebagai alternatif melihat gerhana matahari sebagian untuk beberapa detik saja.
"Pada percobaan itu, terlihat matahari bintik merah yang tampak kecil di langit, masih bundar sebelum gerhana. Warna kemerahan dari warna film disket yang hijau kemerahan. Pada saat gerhana matahari mulai terlihat membentuk sabit," ujarnya.
Thomas mengingatkan cahaya pada gerhana matahari masih sangat kuat. Walau tertutup bulan, sisa piringan matahari masih sangat menyilaukan.
Mekanisme tubuh ketika mata telanjang melihat cahaya matahari langsung, akan melindungi mata dengan refleks pupil mata mengecil dan kelopak mata menutup. Jadi jangan paksakan untuk melihat ke arah matahari, gunakanlah alat bantu.
Pada Rabu (9/3) pagi Indonesia, bisa menyaksikan gerhana matahari yang melintas di langit Indonesia. Walaupun untuk Jakarta hanya berlangsung gerhana matahari sebagian, LAPAN memperkirakan suasana redup akan berlangsung di Jakarta pada Rabu pagi.
Proses gerhana di Jakarta dan Jawa terjadi mulai sekitar pukul 06.20 WIB, dan puncak gerhana sebagian sekitar pukul 07.21 WIB, yang kemudian berakhir sekitar pukul 08.32 WIB.