REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengatakan industri film nasional mampu bangkit asalkan mampu mempunyai daya kreatif. Basuki atau biasa dipanggil Ahok mengatakan industri film nasional dapat hidup jika bioskop-bioskop daerah tetap eksis. Namun ia menyebut adannya penguasaan bioskop hingga mematikan bioskop-bioskop di tingkat lokal.
Ia menjelaskan ayahnya di Belitung yang merupakan seorang pengusaha sempat mempunyai bioskop. Tetapi usaha bioskop itu harus gulung tikar lantaran kalah saing dari perusahaan yang melakukan monopoli bioskop. "Dulu kan film-film gampang diputer di daerah, tapi sekarang di daerah hampir enggak ada bioskop. Itu lah yang membuat industri film jatuh, kalau dulu industri film hidup itu karena di daerah itu film diputer ada bioskop-bioskop. Tapi zaman sekarang dimonopoliin," katanya kepada wartawan beberapa waktu lalu usai acara nonton film bareng bersama pejabat Pemprov DKI.
Di sisi lain, ia menjelaskan masalah pembajakan film juga menghantui industri film nasional. Dengan pembajakan film maka masyarakat akan lebih memilih tidak menonton di bioskop karena dapat menonton sendiri di rumah.
"Kita itu suka nonton tapi enggak ada sarana lagi (di daerah), dan terlalu banyak menghadapi pembajak film," ucapnya.
Ahok mengatakan teknik film Indonesia sebenarnya sudah bagus. Hingga ia mengakui sering menonton film Indonesia selepas kesibukannya mengurus Ibu Kota. Sementara itu, ia menilai film bisa menjadi sarana promosi tempat-tempat wisata di Indonesia. Selain itu, tingkat toleransi yang tinggi di Indonesia menurutnya perlu dimasukan dalam film. Tujuannnya agar publik dunia mengetahu jika Indonesia adalah negara yang terbuka.
"Saya harap secara nasional film kita bisa lebih bagus, kita enggak beda jauh kok dengan film eat pray love itu. Jadi film kasih pemandangan di Belitung atau Bali biar jadi bentuk promosi. Kalau mau bersaing di tingkat dunia ya harus kreatif," tuturnya.