REPUBLIKA.CO.ID, Nugie mengaku sebelum ada gerakan kembali membawa tas belanja sendiri, ia pribadi selalu menyediakan kantong kain lebih untuk belanja di tasnya. Ia juga selalu membawa botol minum.
“Karena sudah malas nyampah, karena kalau Saya nyampah, Saya tidak melakukan apa yang Saya omongin, Saya punya dua tas lipat, Saya pakai buat belanja, dan bisa ditaruh di pundak, isinya lumayan bisa sampai 20 liter, untuk belanja baju juga bisa, itulah yang Saya bawa sendiri kemana-mana Saya pakai ini, tidak menunggu gerakan jadi massal, karena ini penting,” paparnya.
Menurutnya hal ini sangat bermanfaat. Satu, secara mental ia merasa menjadi orang yang memberikan sesuatu yang baik kepada publik. Kedua, berarti ia membawa pengaruh yang baik, disadari ataupun tidak disadari. Ketiga, ia merasa lebih manusia daripada sebelumnya.
Kebijakan membeli kantong plastik belanja seharga Rp 200 menurut Nugie itu tak berarti. Nilainya masih sangat kecil baginya. Kenapa harus dibayar? Menurutnya supaya kita punya tanggung jawab, saat memakai kita mengeluarkan sebentuk tanggung jawab. Walaupun masih sangat kecil nilainya Rp 200.
“Jujur saja buat Saya, kita hampir lihat duit-duit recehan itu ada dimana-mana, di jalan raya dibuang-buang oleh orang bahkan oleh oknum yang suka atur jalanan dikasih Rp 200 dibuang nggak dianggap, jadi buat Saya menyedihkan banget kalau kita sisihkan sekecil itu, minimal Rp 5.000, buat orang kecil mungkin mahal, tapi orang kalau sudah diajak dan diharuskan mau nggak mau harus melakukan, kita mau nggak mau harus pakai tas belanja. Kaya ibu Saya jaman dulu, buat saya itu paling baik,” jelasnya.
(baca: Davina Sering Sedih Lihat Indahnya Indonesia, Kok?)