Rabu 10 Feb 2016 11:57 WIB

Sapardi Djoko Damono Yakin Sastra Masih Disukai di Era Digital

Rep: C34/ Red: Indira Rezkisari
Sapardi Djoko Damono
Foto: dok Galeri Indonesia Kaya
Sapardi Djoko Damono

REPUBLIKA.CO.ID, Penyair Sapardi Djoko Damono percaya sastra masih dicintai oleh masyarakat Indonesia. Hanya saja, bentuknya kini semakin bertransformasi.

"Sastra itu masih hidup-sehidupnya. Kalau ada yang mengatakan orang tidak suka sastra, bilang orang tidak suka membaca, itu bohong besar," kata penulis sajak "Aku Ingin" itu.

Pria kelahiran Solo, 20 Maret 1940 tersebut meyakini, masyarakat Indonesia sangat gemar membaca. Hanya saja, apa yang dibaca tak hanya berwujud buku.

Disebutkan Sapardi, rupa sastra telah semakin berkembang seiring perkembangan zaman. Internet dan media sosial telah memungkinkan siapa saja untuk menulis dan mempublikasikan karya sastra sendiri ataupun membaca karya orang lain.

Penerima penghargaan dari Akademi Jakarta untuk pencapaian di bidang kebudayaan  tahun 2012 itu menilik sejarah, sastra bermula dari bunyi. Sebelum aksara membudaya dalam peradaban manusia, nenek moyang terlebih dahulu berkomunikasi secara lisan.

Lantas, ujar Sapardi, mereka menyadari bahwa ide yang dibunyikan akan mudah dilupakan orang. Jadi, orang menciptakan aksara supaya bunyi bisa diawetkan, ditangkap, dan ditaruh di kertas.

"Memang unik, sebermula adalah bunyi lalu dituliskan, dibaca lagi, dinyanyikan, diproses terus-menerus," ungkap pensiunan Guru Besar Universitas Indonesia itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement