REPUBLIKA.CO.ID, BANJAMASIN -- Sebuah film layar lebar produksi perdana Bedasinema Pictures yang bertema dakwah dengan judul Tausiyah Cinta memperoleh apresiasi tiggi dari remaja Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Saat pemutaran perdana di Bioskop 21 di lokasi pusat perbelanjaan terbesar Kalimantan Selatan, Duta Mall Banjarmasin, Ahad (31/1) terlihat remaja setempat begitu antusias hingga membuat bioskop dipenuhi oleh remaja, khususnya remaja putri.
Bahkan dalam tayangan film di 'kota seribu sungai' ini diawali dengan meet and greet dengan salah satu pemeran wanita dalam film tersebut, Hidayatur Rahmi. Ia menyebutkan di Tanah Air baru beberapa bioskop yang menayangkannya. "Alhamdulillah, (film) ini sudah memperoleh respons masyarakat, khususnya generasi muda, dengan jumlah penonton sekitar 60 ribu orang," kata Hidayatur Rahmi.
Film tersebut diharapkan bisa menginspirasi masyarakat Indonesia tentang arti cinta sejati, menjadi tausiyah bagi para kru, pemain dan juga mudah-mudahan para penontonnya di berbagai belahan dunia. "Insya Allah," katanya.
Film Tausiyah Cinta adalah film Indonesia yang diadaptasi dari buku dengan judul yang sama dengan judul film ini. Film yang dirilis pada 2015 yang disutradarai Humar Hadi dan diproduksi selama dua tahun.
Film ini diawali dari kehilangan seorang ibu membuat hidup Lefan (Rendy Herpy) menjadi semakin kacau. Kebencian pada sang ayah semakin menjadi tatkala ia menganggap bahwa sepanjang hidupnya, sang ayah telah menyakiti batin sang ibu. Dalam keadaan seperti itu, kecamuk kebencian dan kehilangan Lefan membawa hidupnya menjadi kegelisahan tanpa ujung.
Hadirnya Elfa (Hidayatur Rahmi) sebagai seorang kakak kandung bagi Lefan bukan sebagai peredam kegelisahan hatinya. Elfa merupakan seorang agamawan yang mampu membimbing jamaah untuk memahami Islam lebih dalam, namun tidak bagi adiknya sendiri.
Bagi Lefan, Elfa adalah sosok yang tidak pernah peduli tentang keluarga. Kesibukan Elfa di dunia dakwah menjadikan Elfa tidak tahu mengenai penderitaan sang ibu selama ini. Dendam Lefan yang semakin membuncah, mengiringi langkahnya untuk berjuang meraih kesuksesan tanpa bantuan sang ayah.
Kegigihan menjadikan Lefan sebagai konseptor bisnis yang sukses dan terkenal di Indonesia. Namun, kesuksesannya yang telah diraih tidak meredam kegelisahan hati Lefan. Ia menemukan dirinya sebagai seorang yang sangat kehausan di padang pasir.
Kebuntuan dalam perjalanan panjangnya ini mengharuskan dirinya untuk mencari jalan keluar lain. Agar kekeringan dalam tenggorokannya segera bisa dibasuh air sejuk. Hingga ia bertemu dengan seorang arsitek tampan yang juga hafidz Quran. Azka (Hamas Syahid Izuddin) adalah jawaban dari kegelisahan yang selama ini mengendap di hati Lefan.
Menurutnya, Azka adalah sosok teladan yang tidak pernah ia temukan pada ayahnya. Persahabatan yang dijalin dua sosok pemuda itu dibumbui dengan kehadiran seorang gadis cantik yang juga hafal Quran. Rein (Ressa Rere) yang merupakan mahasiswi Teknik Lingkungan tingkat akhir ini memiliki kegemaran memanah dan lincah dalam membuat gambar siluet. Ada getaran yang dirasakan Lefan dengan kehadiran Rein. Baginya, Rein adalah jawaban tentang seorang perempuan yang didambanya.