Kamis 07 Jan 2016 12:42 WIB

Iklan Coca-Cola Picu Insiden Diplomatik di Ukraina

Iklan tahun baru Coca-Cola yang menimbulkan kehebohan di kawasan Rusia.
Foto: dok coca-cola
Iklan tahun baru Coca-Cola yang menimbulkan kehebohan di kawasan Rusia.

REPUBLIKA.CO.ID, Ada banyak cara untuk beriklan. Salah satu yang dilakukan Coca-Cola adalah mengucapkan selama tahun baru bagi warga Rusia lewat sebuah iklan. Iklan tersebut namun memicu kontroversi, bahkan menyebabkan insiden diplomatik.

Iklan Coca-Cola itu mulanya memuat peta Rusia tanpa wilayah Krimea di dalam peta. Protes diajukan oleh Ukraina ke pemerintah Amerika.

Tekanan diajukan agar perusahaan minuman ringan itu mengunggah iklan baru dengan menyertakan Crimea serta meminta maaf karena sudah meninggalkannya di iklan pertama. Siapa pemilik Krimea adalah isu besar di kawasan tersebut. Mengindikasikan lewat iklan kalau Krimea merupakan milik Rusia tentu saja menimbulkan kemarahan publik.

Pejabat dan duta besar bahkan menyerupakan boikot produk Coca-Cola dan Kedutaan Besar Ukraina di Washington DC menyampaikan keluhan ke Coca-Cola dan pemerintah AS. Sebuah pesan di Facebook mengatakan, kedutaan besar sudah menyampaikan perhatiannya bagi Coca-Cola dan pemerintah AS terkait unggahan di media sosial yang dibuat kantor Coca-Cola di Rusia yang menyertakan peta Krima yang diduduki secara ilegal.

"Kedutaan menekankan kalau tindakan Coca-Cola melanggar posisi resmi AS yang mengutuk pendudukan ilegal Krimea oleh Rusia, yang selama ini dan sudah selalu menjadi bagian penting Ukraina. Dan mendorong perusahaan untuk segera memperbaiki kesalahan."

Tindakan ini membuat Coca-Cola memilih menghapuskan iklan dan mengatakan agensi pembuatnya telah membuat kesalahan. "Tim Coca-Cola Rusia sudah membuat peta Rusia sebagai bagian dari kampanye Natalnya. Agensi pembuatnya membuat perubahan tanpa persetujuan atau pengetahuan kami. Kami, sebagai perusahaan, tidak memiliki posisi politik apapun terkait bisnis kami. Kami meminta maaf atas iklan tersebut, yang sudah kami hilangkan," dikutip dari News.com.au, Kamis (7/1).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement