REPUBLIKA.CO.ID -- Pada suatu masa di galaksi nan jauh, dua kelompok memperebutkan kekuasaan. Makhluk-makhluk cerdas dari aneka planet di galaksi tersebut saling membentuk aliansi. Pada akhirnya, mereka terbelah menjadi dua kelompok utama yang dikenal dengan nama First Order dan Resistance.
Di antara sengkarut perang bintang tersebut, hadir sekelompok berandalan yang bergabung dalam Geng Kanjiklub. Pimpinannya, seorang pria berperawakan kecil tapi beringas bernama Tasu Leech. Mereka berkelana menjelajah luar angkasa menggunakan pesawat Millennium Falcon yang sebelumnya milik seorang mantan penjahat yang kemudian menjadi pahlawan bernama Han Solo.
Pada suatu titik, Han mencoba merebut kembali pesawatnya yang disita Tasu terkait utang. Saat berhasil mencapai Millennium Falcon, Han mencoba jalan diplomasi, tapi Tasu dan gerombolannya tak terkecoh. Terjadilah baku tembak di dalam pesawat legendaris tersebut.
Gerakan-gerakan tak biasa diperagakan sebagian anak buah Tasu saat menembakkan senjata laser mereka. Gerakan yang barangkali tak sedemikian asing buat sebagian orang di Tanah Air, terutama pegiat ilmu bela diri pencak silat.
Adegan di atas adalah petikan dari film Star Wars: The Force Awakens yang rilisnya pada Jumat (18/12) ini menghebohkan seantero jagat. Pemeran Tasu Leech adalah seorang pendekar silat asal Indonesia, Yayan Ruhian. Yayan adalah pelatih di padepokan Pencak Silat Tenaga Dasar.
Dalam film, Yayan dikawal oleh dua pendekar Tanah Air lainnya, yakni Iko Uwais yang berperan sebagai Razoo Qin-Fee dan Cecep Arif Rahman sebagai anggota Kanjiklub lainnya.
Saat ditemui pada pemutaran perdana Star Wars: The Force Awakens, Yayan mengiyakan bahwa adegan aksi di Millenium Falcon menggunakan teknik silat. Gerakan-gerakan tersebut baru mereka rancang menjelang pengambilan gambar.
Perjalanan pencak silat sehingga bisa mencapai galaksi yang demikian jauh boleh kata dimulai pada 2009. Saat itu, film Merantau yang digarap sutradara asal Wales, Gareth Evans, dirilis. Film itu dibuka dengan adegan Iko Uwais yang memerankan Yuda, sang tokoh, sedang berlatih Silek Harimau Minangkabau.
Kendati banyak sudah film silat dalam negeri dibuat, Merantau adalah yang mula-mula diluncurkan dan mendunia. Meski dapat penghargaan dalam sejumlah festival film, gaungnya tak sedemikian kencang.
Selepas film itu, Gareth kembali mengajak Iko dan Yayan bekerja sama. Hasilnya, film aksi The Raid yang diluncurkan di festival-festival film mancanegara pada 2011. Dan, dunia pun tercengang. Rerupa situs penilai film angkat jempol.
Adegan-adegan bela diri yang dipertontonkan dalam The Raid dinilai sebagai angin segar dalam film laga yang sejauh ini didominasi produksi dari AS dan Cina. Adegan aksi bela diri dalam The Raid dinilai brutal, tak berbunga-bunga, dan langsung pada sasaran kendati tetap indah.
Guru padepokan Silek Harimau Minangkabau, Edwel Yusri Datuk Rajo Gampo Alam, mengungkapkan, demikianlah ciri khas Silek Harimau. Edwel Yusri adalah pendekar yang mengajari Iko Uwais Silek Harimau sebelum dan sepanjang pengambilan gambar Merantau. Iko Uwais aslinya lebih menguasai silat Betawi.
Menurut Yusri, jurus-jurus Silek Harimau langsung menyasar ke organ-organ sensitif untuk melumpuhkan lawan, seperti jantung, ulu hati, nadi, dan saraf-saraf pusat. Dalam The Raid, teknik itu tampak saat para tokoh utama dikepung banyak musuh.
Aksi-aksi segar dalam The Raid kemudian berlanjut pada The Raid 2 yang juga dapat sambutan hangat dunia. Dalam film tersebut, hadir Cecep Arif Rahman. Ia aslinya pendekar aliran silat Panglipur dari Jawa Barat. Meski begitu, dalam film ia menggunakan kerambit, senjata pisau khas Silek Harimau.
baca: 'Kami tak Mau Silat Punah di Negeri Sendiri'
Aksi ketiga pendekar dalam film-film tersebut pada akhirnya memicu ketertarikan sutradara Star Wars: The Force Awaken, JJ Abrams. Yayan menuturkan, saat mempromosikan The Raid 2 di Inggris sekitar dua tahun lalu, Yayan dan Iko bertemu dengan Abrams.
Keduanya kemudian memperagakan usulan gerakan silat untuk adegan laga Star Wars: The Force Awakens. Dari situ, Abrams kepincut. Dalam jumpa pers pekan lalu, Abrams menegaskan bahwa ia sedari mula memang penggemar The Raid.
Kebetulan, ia memerlukan sejumlah pemain laga untuk adegan yang melibatkan sekelompok orang beraksi bersama. Sebelum bertemu para pemain The Raid, Abrams sudah menimbang kemungkinan mereka bergabung meski untuk peran yang tak seberapa besar. "Di luar dugaan saya, mereka bersedia, dan mereka benar-benar hebat. Mereka datang (saat pengambilan gambar) dan melakukan kerja yang baik sekali," ujar Abrams, Jumat (11/12), seperti dikutip slashfilm.com.
Yayan tak menyangkal, keahliannya bersama Iko dan Cecep menjadi pertimbangan perekrutan mereka. "Di lain sisi, kami diminta bergabung memang karena latar belakang ahli bela diri Indonesia," tuturnya.
Keahlian itu mereka tuangkan saat diminta merancang koreografi aksi pertempuran dalam Millennium Falcon. "Kami berdua (ia dan Iko) lantas diminta untuk membuat koreografinya, namun mengingat skrip baru dibagikan saat hari H syuting, kami kemudian berimprovisasi dan Abrams puas dengan hasilnya," kata Yayan.
Bagi Yayan, keterlibatannya di Star Wars: The Force Awakens bukanlah untuk memperkenalkan pencak silat Indonesia ke mata dunia. Ia memercayai, silat sudah mendunia.
Tulisan ini terbit pada halaman 1 koran Republika edisi Jumat, 18 Desember 2015.