REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR – Habiburrahman El Shirazy hingga saat ini masih menjadi salah seorang penulis terkemuka Indonesia. Sastrawan lulusan Al-Azhar University Kairo, Mesir itu dijuluki “Novelis No. 1 Indonesia” oleh Insani Universitas Diponegoro Semarang 2008. Dia pun telah meraih berbagai penghargaan bergengsi, baik dari dalam maupun luar negeri.
Dari tangannya, sastrawan yang dijuluki “penulis bertangan emas” itu telah lahir belasan novel yang menjadi best seller dan sebagian besar di antaranya telah difilmkan dan disinetronkan. Misalnya “Ketika Cinta Berbuah Surga”, “Pudarnya Pesona Cleopatra”, “Ayat-Ayat Cinta”, “Di Atas Sajadah Cinta”, “Ketika Cinta Bertasbih 1”, “Ketika Cinta Bertasbih 2”, “Dalam Mihrab Cinta”, dan “Bumi Cinta”.
Selain itu, “The Romance”, Cinta Suci Zahrana”, “Api Tauhid”, dan yang terbaru adalah “Ayat-Ayat Cinta 2” . Novel “Ayat-Ayat Cinta 2” diluncurkan dan dibedah perdana di Ponpes Modern Ummul Quro Al-Islamy Leuwiliang, Bogor, Jawa Barat, Kamis (26/11).
Sebagian besar novel Habiburrahman diterbitkan oleh Republika Penerbit. Hingga saat ini, novel-novel karya Kang Abik – panggilan akrab Habiburrahman El Shirazy – telah terjual jutaan eksemplar. Film-film yang diangkat dari novel-novel Habiburrahman menembus jutaan penonton.
Lalu, siapa yang menjadi sumber insprasi Habiburrahman El Shirazy sehingga berhasil menjadi penulis yang produktif dan sukses?
“Sumber inspirasi saya terutama para ulama. Para ulama, terutama para ulama zaman dahulu, merupakan para penulis yang sangat rajin dan hebat. Imam Suyuthi bahkan menulis buku hingga 600 judul. Saya merasa sangat kecil di hadapan beliau,” kata Habiburrahman.
Para ulama Al Azhar University Kairo juga menjadi sumber inspirasi Habiburrahman El Shirazy. “Para ulama Al-Azhar University rajin menulis buku. Di sana berlaku peraturan, seorang ulama yang dalam setahun tidak menelurkan buku baru, maka dia akan dikeluarkan dari tugasnya sebagai seorang dosen,” papar Habiburrahman El Shirazy.