Selasa 17 Nov 2015 22:19 WIB

Hal Ini yang Membuat Konsumen di Dunia Paling Kecewa

Pengunjung memilih sepatu di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta, Jumat (18/9).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Pengunjung memilih sepatu di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta, Jumat (18/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- MasterCard mengeluarkan sebuah laporan yang menyatakan bahwa teknologi telah menyentuh hampir setiap transaksi di sektor ritel. Karenanya menciptakan sebuah pengalaman berbelanja yang sangat berbeda, baik bagi pelaku bisnis ritel maupun konsumen. 

Delapan dari 10 keputusan pembelian yang dilakukan oleh pembelanja global dilakukan berdasarkan informasi yang kini diperoleh dari sebuah perangkat digital. Para konsumen mengatakan, mereka adalah pembelanja yang lebih cerdas dan kini mendapatkan nilai lebih dibandingkan dengan sebelumnya. 

CMO MasterCard mengeluarkan panduan ritel untuk omnishopper (sebutan untuk pembelanja cerdas atau konsumen yang menggunakan banyak channel untuk berbelanja). The MasterCard Retail CMO’s Guide to the Omnishopper mengkombinasikan data dari ribuan pembelanja di seluruh dunia dengan insight berbasis transaksi dari temuan utama MasterCard (MasterCard key findings).

Seperti dipaparkan dalam rilis yang diterima Republika, temuannya antara lain, konsumen menginginkan persediaan (inventaris) yang spesifik dan sebuah pengalaman yang mudah untuk mengaksesnya. 

Terbukti, pembelanja masa kini mengetahui apa yang mereka inginkan. Karenanya, kekecewaan paling mendalam (dikutip dari 73 persen responden) adalah barang yang tidak tersedia. Hal ini menekankan pentingnya manajemen persediaan barang bagi para pelaku bisnis ritel.

Temuan lainnya, konsumen merasa lebih cerdas dan mendapatkan nilai lebih. Indikatornya, 80 persen konsumen global mengklaim diri mereka sebagai pembelanja yang lebih cerdas (smarter shopper) dibandingkan dengan beberapa tahun lalu. Sedangkan 68 persen mengatakan bahwa mereka mendapatkan nilai lebih dari barang yang mereka beli (baik di dalam toko maupun online) dibandingkan dengan lima tahun lalu.

Lalu, lebih dari 9 dari 10 konsumen di Cina (92 persen), Indonesia (91 persen), dan Brasil (91 persen) mengungkapkan bahwa mereka pembelanja yang lebih cerdas dibandingkan dengan beberapa tahun yang lalu. Tak hanya itu, sembilan dari 10 pembelanja asal Cina merasa bahwa mereka mendapatkan nilai lebih atas pembelian mereka dibandingkan dengan lima tahun lalu.

Laporan itu juga menyatakan, para merchant telah disempurnakan untuk loyalitas omnishopper. Indikatornya, meskipun memiliki berbagai pilihan hampir tanpa batas hanya dengan satu klik saja, hanya 30 persen dari pembelanja di dunia yang ingin mencoba merchant baru. Hanya 20 persen pembelanja yang mengatakan bahwa teknologi telah membawa mereka untuk mempertimbangkan pelaku bisnis ritel yang baru.

Akan tetapi, di Cina, 40 persen dari konsumen ingin mencoba merchant baru, kedua tertinggi di dunia setelah Uni Emirat Arab (43 persen).

"Guna terus berkembang di sektor ritel yang semakin kompetitif, para pelaku bisnis ritel juga harus lebih cerdas untuk memahami dan menggunakan teknologi agar dapat meningkatkan pengalaman berbelanja secara keseluruhan dan dapat membantu untuk mendorong loyalitas serta perkembangan bisnis," tutur Eric Schneider, Region Head, Asia Pasifik, MasterCard Advisors.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement