Selasa 17 Nov 2015 20:55 WIB

Berapa Banyak Konsumen yang Gunakan Teknologi Saat Belanja?

Belanja online
Foto: VOA
Belanja online

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menurut laporan yang dirilis oleh MasterCard, kini teknologi telah menyentuh hampir setiap transaksi di sektor ritel. Dampaknya, menciptakan sebuah pengalaman berbelanja yang sangat berbeda, baik bagi pelaku bisnis ritel maupun konsumen. 

Delapan dari 10 keputusan pembelian yang dilakukan oleh pembelanja global dilakukan berdasarkan informasi yang kini diperoleh dari sebuah perangkat digital. Para konsumen mengatakan, mereka adalah pembelanja yang lebih cerdas dan kini mendapatkan nilai lebih dibandingkan dengan sebelumnya. 

CMO MasterCard mengeluarkan panduan ritel untuk omnishopper (sebutan untuk pembelanja cerdas atau konsumen yang menggunakan banyak channel untuk berbelanja). The MasterCard Retail CMO’s Guide to the Omnishopper mengkombinasikan data dari ribuan pembelanja di seluruh dunia dengan insight berbasis transaksi dari temuan utama MasterCard (MasterCard key findings).

Seperti dipaparkan dalam rilis yang diterima Republika, temuannya antara lain, kini penggunaan teknologi dalam berbelanja hampir menjadi hal universal. Ini terbukti, 80 persen dari para konsumen menggunakan teknologi saat berbelanja.

Misalnya aplikasi smartphone untuk memeriksa harga, layanan click and collect untuk berbelanja online dan mengambil barang yang dibeli tersebut di toko. Kemudian teknologi yang disediakan di dalam toko untuk meriset atau memesan suatu produk.

Di Cina, 95 persen dari seluruh konsumen menggunakan teknologi di suatu titik pada saat proses berbelanja. Kemudian 94 persen telah menggunakan alat berbelanja berbasis ritel seperti notifikasi otomatis dan pembayaran secara mobile.

"Di Australia, lebih dari 50 persen konsumen kini lebih banyak melakukan riset secara online dibandingkan dengan dua tahun lalu, di atas rata-rata global sebesar 62 persen," tulis laporan CMO MasterCard.

Walaupun demikian, pembelian di dalam toko tetap tetap jadi pilihan utama, di mana hal tersebut masih merupakan 90 persen lebih dari seluruh pengeluaran sektor ritel. Akan tetapi dari penelitian tersebut didapat kesimpulan bahwa para pembelanja sekarang lebih fokus melakukan pembelian di toko tertentu dengan menggunakan daftar belanja yang lebih sedikit dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.

Para omnishopper tetap memilih toko konvensional karena layanan konsumen yang lebih baik dan lebih cepat, serta pengalaman interaksi di dalam toko selama pembelian yang lebih sosial. Hal inilah yang memungkinkan pertumbuhan e-commerce yang cenderung minim sebagai bagian dari total penjualan ritel (7,5 persen secara global).

"Lebih dari 2/3 pembelanja asal Jepang menghargai saran yang mereka dapatkan dari pramuniaga di dalam toko dan juga pengalaman interaksi selama proses pembelian".

"Keramahan dan layanan pelanggan yang cepat yang ditawarkan oleh toko konvensional masih menjadi daya tarik penting. Namun masih juga terdapat kesempatan yang besar bagi merek untuk memanfaatkan big data, aplikasi mobile dan kekuatan media sosial untuk meningkatkan interaksi pelanggan, meningkatkan loyalitas dan membuat pengalaman berbelanja online menjadi lebih mudah," ujar Eric Schneider, Region Head, Asia Pasifik, MasterCard Advisors.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement