REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kesenian bukan lagi jadi pembicaraan para seniman lagi. Namun para pengelola kesenian termasuk pemangku kebijakan harus dilibatkan dalam forum Kongres Kesenian Indonesia (KKI) 2015 di Bandung nanti.
” Kita akan memasuki babak baru dan sudah semestinya ketika bicara kesenian, yang bicara bukan hanya seniman tapi tata pengelola termasuk pemegang kebijakan juga perlu dilibatkan,” ungkap Ketua Koalisi Seni Indonesia, Mohamad Abduh di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Jakarta.
Abduh berpendapat, selama ini kesenian masih dipandang sesuatu yang marginal. Kesenian belum dilihat sebagai elemen penggerak pembangunan di Indonesia.
Berkenaan kondisi itu, Abduh menyarankan agar masyarakat maupun pemerintah memandang kesenian di Brazil. Kesenian di negeri ‘Samba’ ini justru lebih dioptimalisasikan oleh negara. Seni memiliki kontribusi besar dalam pembangunan di Brazil.
Selain itu, Abduh berpendapat, sejauh ini Indonesia belum memiliki strategi kebudayaan. Padahal kebudayaan bisa menjadi salah satu elemen penting dalam pembangunan suatu negara termasuk Indonesia.
Abduh juga menambahkan hal lain yang kiranya akan dibicarakan dalam KKI 2015.”Yang paling dasar adalah pendidikan seni,” ujar dia.
Perihal ini harus dilihat apakah pendidikan seni siap atau tidak dalam menjawab tantangan yang ada selama ini. Hal ini diutamakan pada pendidikan seni di sekolah umum maupun sekolah seni.
Dengan adanya kongres nanti, Abduh berharap, forum itu bisa menghasilkan rekomendasi yang lebih padu. Dengan demikian bisa mengembangkan kesenian Indonesia dengan baik dan benar ke depannya.
”Kita akan berbicara bagaimana posisi seni dalam problematika kekinian dan apa kontribusi yang bisa diberikan. Karena itu, saya optimis ini akan menghasilkan rekomendasi yang lebih padu,” terang dia.