REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kondisi survival bisa menimpa seseorang tanpa diduga-duga. Secara istilah, survival berarti keadaan tidak menentu yang dihadapi satu atau sekelompok orang di daerah yang terasing dan terisolasi di hutan.
Oleh karenanya, para survivor (orang atau individu yang menjalani survival—Red) harus memiliki pengetahuan tentang cara bertahan hidup dalam kondisi darurat tersebut. Salah satunya adalah pengetahuan soal memilih makanan.
Selama survival, makanan yang biasa dikonsumsi di rumah seperti nasi goreng, opor ayam, soto daging, dan sebagainya jelas mustahil untuk didapat. Survivor tidak memiliki pilihan lain untuk dimakan selain tanaman yang ada di hutan.
Masalahnya, tidak semua tanaman yang ada di hutan yang bisa dimakan. “Karenanya, para survivor harus bisa membedakan mana tumbuhan yang boleh masuk ke dalam tubuh dan mana yang tidak,” ujar Salah seorang anggota senior Perhimpunan Penempuh Rimba dan Pendaki Gunung Wanadri, Sony Takari, saat dihubungi Republika Online, beberapa waktu lalu.
Bagian tumbuhan yang biasa dikonsumsi bisa berupa daun, buah atau umbinya. Buah yang akan dimakan bisa diuji dengan mengosokkannya ke kulit tangan terlebih dahulu. Jika setelah beberapa menit tidak ada reaksi apa-apa, bisa dilanjutkan dengan mengosokkannya ke bibir.
“Kalau, masih tidak ada reaksi, berarti buah itu aman untuk dimakan,” ujar Sony. Namun, jika getah dari buah tersebut membuat kulit terasa gatal, sebaiknya jangan dimakan.
Hindari juga tumbuhan dengan warna buah mencolok, jamur, dan tumbuhan yang daunnya dapat menimbulkan rasa gatal di kulit seperti jelatang. Cara lain untuk mengetahui suatu tumbuhan bisa dimakan manusia atau tidak adalah dengan mengamati perilaku hewan. Jika tanaman tersebut dimakan mamalia, maka besar kemungkinannya dapat juga dikonsumsi manusia.
Kebutuhan makanan juga dapat dipenuhi dengan membuat jebakan untuk hewan semisal kelinci hutan, ayam hutan, dan sebagainya. Serangga seperti belalang pun tidak jarang menjadi santapan pilihan saat kondisi ekstrem ini berlangsung. Tidak itu saja, larva serangga yang terdapat pada pohon lapuk seperti ulat sagu dan ulat jati, juga disebut memiliki kandungan protein yang tinggi.