REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kekayaan kain Indonesia, termasuk batik, adalah inspirasi yang tak terhingga bagi perancang Tanah Air, kata Didi Budiardjo.
"Batik dapat digali dan terus dipelajari," kata dia dalam jumpa media FIMELAFest 2015 di Jakarta.
Didi berpendapat tantangan dalam mengerjakan kain lokal adalah cara mengolahnya menjadi mode yang mutakhir.
"Jadi fesyen yang lebih kini dan bisa diterima serta sesuai dengan gaya hidup," kata perancang yang telah berkiprah di dunia mode sejak 1989.
Dia mengharapkan bantuan pemerintah untuk mengatur regulasi serta membantu mempromosikan perancang agar karya dan namanya bergaung di dalam dan luar negeri.
"Karena perancang tidak bisa sendirian untuk promosi, semua orang bisa tahu brand luar karena promosi, jadi itu sangat berpengaruh pada fashion lokal," papar Didi.
Didi adalah salah satu dari 22 perancang yang akan menampilkan koleksi batik di Batik Fashion Week, bagian acara FIMELAFest pada 2-4 Oktober di Gandaria City, Jakarta Selatan.
Para perancang yang berpartisipasi meliputi Adrian Gan, Priyo Oktaviano, Jeffry Tan, Chossy Latu, Barli Asmara, Ivan Gunawan, Rama Dauhan, Hartono Gan, Danny Satriadi, Yosafat Kurniawan, Jenahara, Soko Wiyanto, Jii by Gloria Agatha, No'om, Yuana Tanaya, Amelia Kartikasari, Mazuki, Danjyo Hiyoji, Michelle Maryam, Yongki Budisutisna dan Anthony Tandiyono.
Gelaran tersebut diharapkan dapat semakin mempopulerkan batik sebagai busana siap pakai untuk berbagai kesempatan, terutama bagi kalangan muda.
FIMELAFest juga menghadirkan peragaan busana oleh para fashion blogger seperti Diana Rikasari, Maria Rahajeng, Alika Islamadina dan Ana Octarina. Selain itu, ada pula bazar, bincang-bincang sineas, pencarian bakat fashion, kompetisi dance, kompetisi foto juga penampilan dari penyanyi kenamaan seperti B.A.G, 5 Wanita, Petra Sihombing dan RAN.