REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jaringan Cinema 21 menolak disebut sebagai penyebab meruginya produser film nasional. Di mana, Cinema 21 dituding menjadi penyebab produser merugi gara-gara bioskop kurang memberikan kesempatan penayangan terhadap film nasional.
Namun, tudingan itu dibantah dengan tegas oleh Cinema 21. “Justru kami yang babak belur lantaran minimnya jumlah penonton film,” kata Hans Gunadi, Presiden Direktur Cinema 21, Senin (4/8).
Di sisi lain Hans mengatakan, pihaknya justru selalu berkomitmen untuk menjaga kualitas layanan bagi para pengunjung bioskop-bioskop Cinema XXI. Pihaknya tidak membedakan pelayanan antara bioskop yang dipenuhi penonton dan yang sepi penonton. Bahkan, meski
penonton di satu layar di sebuah bioskop hanya diisi oleh satu orang, Cinema 21 tetap memberikan pelayanan dengan kualitas sama. "Itu sebenarnya yang babak belur siapa? Yang babak belur kita! Jika penonton cuma mencapai 30-40 ribu, boro-boro nutupin ongkos (gaji) karyawan atau listrik," ungkap Hans.
"Apakah karena hanya satu penonton yang menonton di satu layar, itu harus kita tolak? Atau AC-nya kita kurangi atau proyektornya kita redupkan sedikit. Kan tidak bisa," tambahnya.
"Pelayanan kita tetap standar. Komitmen kami dan pelayanan kami dari Medan sampai Papua, standar. Apa yang penonton rasakan ketika datang ke Cinema 21 di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Jawa, dan daerah-daerah lainnya adalah sama. Dan itu sudah terbukti!" tegasnya.
Lebih lanjut Hans menyatakan, bahwa industri film khususnya film nasional sebagai siklus rantai kehidupan yang memiliki unsur media, pengelola bioskop sebagai infrastruktur, pembuat film, dan pemerintah. "Itu adalah satu mata rantai kehidupan di bisnis ini. Tolong jangan sampai ada yang mencederai. Satu mata rantai ini harus utuh sesuai kapasitasnya masing-masing," kata Hans.
Sebelumnya, Ketua Persatuan Produser Film Indonesia (PPFI) Firman Bintang mengeluhkan minimnya jumlah penonton film Indonesia. Eksibitor atau bioskop yang lebih mementingkan film Hollywood ketimbang film nasional disebutnya sebagai penyebab.
Firman memberi contoh saat momen Lebaran lalu. Empat film nasional "Surga Yang Tak Dirindukan", "Comic 8: Casino King Part 1", "Mencari Hilal" dan "Lamaran" tayang bersamaan jelang lebaran. Dan sehari sebelum lebaran Cinema 21 selaku eksibitor memasang film Hollywood "Ant-Man".
Masalahnya, kata Firman, Cinema 21 memasang "Ant-Man" di hampir 500 layar jaringan bioskop tersebut. Sementara empat film nasional lebih sedikit. Bahkan jika empat film nasional tersebut digabung, jumlahnya masih kalah dengan layar yang diberikan pada satu film "Ant-Man".