Selasa 23 Jun 2015 14:16 WIB

Benarkah Bisnis E-Commerce adalah Bisnis Kepercayaan?

Rep: Desy Susilawati/ Red: Indira Rezkisari
Belanja online
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Belanja online

REPUBLIKA.CO.ID, Saat ini bisnis online tengah menjamur. Mulai dari makanan, pakaian, kosmetik, perlengkapan rumah tangga, keperluan bayi dan gadget semua tersedia. Bahkan adapula yang menawarkan tiket perjalanan dan jasa antar orang dan barang. Lalu apa sebenarnya kunci sukses bisnis ini?

Menurut Kepala UPT Smart City DKI Jakarta, Setiaji, bisnis e-commerce ini adalah bisnis kepercayaan. Bisnis ini akan berjalan lancar ketika pelanggannya memiliki kepercayaan terhadap pelaku bisnis. Dimana mereka merasa nyaman memesan barang, jadwal pengiriman barang tepat, barang yang diterima dalam kondisi baik, dan ada juga fasilitas penukaran barang.

“Saya sendiri suka belanja online, selain karena promo menarik, juga saya tidak perlu repot bisa berbelanja dari rumah. Selama saya menjadi pelanggan belanja online, 95 persen saya puas, 5 persennya saya tidak puas karena pernah kehabisan barang ketika memesan barang,” ungkapnya kepada wartawan dalam acara Konferensi Media dan Peluncuran Jakarta Great Online Sale (JGOS) 2015 di Jakarta beberapa waktu lalu.

Ia menegaskan bisnis e-commerce ini adalah bisnis kepercayaan, karena itu jangan sampai pelaku bisnis ini membuat pelanggan kecewa. Ketika mereka kecewa dengan pelayanan yang diberikan kepadanya, mereka tidak menyampaikannya langsung ke pelaku bisnis, tapi mereka justru mengumbarnya di media sosial.

“Inilah yang menyebabkan pasar turun kalau pelaku bisnis e-commerce tidak bisa membangun kepercayaan,” tambahnya.

Karena itu, Setiaji mengatakan sangat dibutuhkan transparansi antara penjual dan pembeli. Sehingga bisnis bisa berjalan lancar dan sukses.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement